Komisaris Polisi Sugeng Lestari, Kepala Subbidang Penerangan Masyarakat Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah, pada Kamis (4/6) pekan lalu, mengatakan pihaknya masih menyelidiki penembakan dua petani warga dusun Sipatuo, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso.
Kedua petani, yaitu Firman dan Syarifuddin, tewas akibat tembakan senjata api saat bekerja di kebun kopi di Pegunungan Kawende, sekitar 15 kilometer dari pemukiman warga, pada 2 Juni 2020. Firman (17) tewas akibat luka tembak pada bagian mulut, sedangkan Syarifuddin (25) meninggal akibat luka tembak pada bagian leher.
“Kami belum berani menyimpulkan itu salah tembak,” ujar Kompol Sugeng kepada para wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah, Kamis (4/6).
Menurut Sugeng, pihaknya masih menunggu perkembangan dari tim yang turun ke lapangan. Setelah ada hasil penyelidikan, baru lah bisa terlihat kronologis penembakan itu.
Dusun Sipatuo, desa Kilo, di Kecamatan Poso Pesisir Utara sejak 2016 berada dalam wilayah pelaksanaan operasi Tinombala untuk memburu dan menangkap kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Kematian Firman dan Syarifuddin menambah jumlah warga sipil yang tewas akibat konflik antara aparat dan kelompok MIT, sepanjang 2020 menjadi lima orang.
Pada April, dua petani tewas dalam dua peristiwa terpisah yang diduga dilakukan oleh kelompok MIT. Salah seorang korban, Qidam Alfarizki Mofance, tewas pada 9 April saat penindakan oleh Satgas Tinombala. Pihak keluarga menyebut pemuda berusia 20 tahun itu tidak memiliki kaitan dengan kelompok MIT.
Rentetan Tembakan
Makmur, seorang warga yang selamat dari penembakan itu, menceritakan peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 14.00 WITA. Saat itu ia dan lima petani lainnya, termasuk korban,hendak kembali ke kampung. Karena hujan, mereka memutuskan untuk berteduh di sebuah pondok. Tak lama kemudian terdengar rentetan tembakan senjata api, yang langung mengenai kedua korban.
“Kayak orang yang sedang menggoreng kacang itu, tidak ada istirahat, langsung bunyi rentetan tembakan,” tutur Makmur kepada para wartawan.
Setelah tembakan berhenti, para pelaku yang berjumlah delapan orang mendatangi mereka. Para pelaku yang menggunakan atribut aparat keamanan, mengaku sedang mengejar orang yang membawa senjata api ke lokasi tersebut.
“Alasannya ada bawa senjata lari ke situ, langsung diserang. Jadi dia (pelaku) minta maaf karena menyesal. Kalau tidak salah lihat delapan orang, pakaian Brimob. Tidak pakai seragam cuma baju kaos begitu,” kata Makmur.
Firman telah dimakamkan di pemakaman umum kampung Maros, dusun Sipatuo. Sementara Syarifuddin dimakamkan dikampung halamannya di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada Rabu (3/6). [yl/ft]