Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah mengimbau agar 16 anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menyerahkan diri kepada aparat keamanan. Imbauan itu disampaikan menyusul penyerahkan diri dua orang anggota kelompok itu kepada satuan tugas operasi Tinombala pada pekan lalu.
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Syafril Nursal mengatakan kepada wartawan pekan lalu, dua MIT, yang berinisial FN dan UD, menyerahkan diri di Poso masing-masing pada 16 dan 17 Maret 2020.
“Ada dua DPO (daftar pencarian orang) menyerahkan diri atas nama FN dan UD karena memang yang bersangkutan merasa tidak kuat karena terus kita kepung kemudian menyerahkan diri dua orang,” papar Irjen Syafril Nursal di Bandara Sis Aljufri Mutiara Palu, seusai kembali dari Poso pada Jumat (20/3) pekan lalu.
Menurutnya, FN dan UD adalah kurir MIT yang bertugas untuk mencari logistik bahan makanan serta merekrut anggota baru untuk kelompok teroris pimpinan Ali Kalora itu.
FN dan UD, menurut Polisi, baru bergabung dengan MIT masing-masing pada Desember 2019 dan Februari 2020. Selain mereka berdua, ada enam anggota baru. Dengan perekrutan baru, jumlah anggota MIT bertambah menjadi 18, dari sebelumnya 10 pada Desember 2019. Mereka yang baru bergabung itu umumnya adalah warga Poso. Dengan penyerahan diri kedua orang itu, jumlah anggota MIT berkurang menjadi 16 orang.
Perekrutan Bisa Dicegah
Muhammad Marzuki, Kepala Pusat Penelitian Perdamaian dan Pengelolaan Konflik (P4K) Universitas Tadulako, menilai bertambahnya jumlah anggota MIT mengindikasikan bahwa kelompok itu masih gencar merekrut anggota baru. Kelompok itu menyasar generasi muda yang hampir tidak pernah terlibat konflik.
Kegagalan proses kontraradikalisme, ujar Marzuki, juga turut mempermudah perekrutan anggota baru.
Menurut Marzuki upaya pencegahan terhadap upaya MIT untuk merekrut anggota baru itu harus menjadi agenda bersama oleh berbagai pihak. Mulai dari pemerintah pusat, pemda, kepolisian dan tokoh-tokoh masyarakat.
“Ini yang menurut saya belum tergarap sebagai sebuah gerakan sehingga kemudian Polisi berjalan sendiri. Bahkan pemerintah daerah belum bersungguh-sungguh menangkal persebaran radikalisme ini,” ujar Marzuki kepada VOA, Senin (23/3).
Dia menambahkan adanya dua anggota MIT yang menyerahkan diri itu juga mengindikasikan adanya perpecahan di dalam kelompok itu. Ini bisa menjadi peluang untuk mengorek informasi penting dalam upaya menghentikan pergerakan kelompok itu yang diburu aparat sejak 2016 silam. [yl/ab]