Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menyatakan telah menangkap lima orang yang diduga hendak bergabung dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso.
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Syafril Nursal kepada wartawan (31/12) mengatakan, “Mereka-mereka yang kita tangkap itu adalah mereka-mereka yang siap bergabung kepada teman-teman diatas (di gunung) dengan segala persiapan yang telah mereka siapkan, kelimanya adalah warga Poso,” Ia tidak menjelaskan lebih jauh detail barang bukti yang diamankan dalam penangkapan di Palu itu.
Kapolda Sulteng itu mengatakan hingga kini jumlah anggota kelompok teroris MIT berjumlah 10 orang dan dipimpin oleh Ali Kalora. Polisi sendiri terus mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap jaringan organisasi itu.
“Kita tidak berharap untuk bertambah tapi kita akan terus mengembangkan (penyelidikan terhadap) jaringan-jaringannya,” tegas Syafril Nursal. Sepanjang tahun 2019 setidaknya sudah sembilan orang yang dikaitkan dengan jaringan MIT telah ditangkap Polisi.
Kapolda Sulteng itu juga mengatakan operasi Tinombala telah diperpanjang untuk menuntaskan pengejaran kelompok MIT.
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dalam pernyataan akhir tahunnya mengungkapkan sepanjang tahun 2019 terdapat sembilan jenis kasus terkait terorisme di wilayah itu, termasuk temuan bahan peledak rakitan sebanyak enam buah, temuan amunisi sebanyak 435 butir, temuan13 pucuk senjata apirakitan dan satu pucuk senjata standar jenis M.16.
Aksi terorisme yang dikaitkan dengan kelompok MIT sepanjang 2019 juga termasuk kasus pembunuhan yang menewaskan tigawarga sipil. Kelompok itu juga dikaitkan dengan peristiwa penembakan yang menyebabkan dua anggota Polisi terluka di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.
Sepanjang tahun 2019 juga tercatat telah terjadi tiga kali kontak tembak dengan kelompok MIT yang terjadi di Kabupaten Poso dan Parigi Moutong yang menyebabkan tiga orang anggota dari kelompok MIT tewas dan satu anggota Polri gugur.
Vincent Lumintang, warga Poso berharap perpanjangan operasi Tinombala kali ini merupakan yang terakhir mengingat operasi itu sudah berlangsung sejak 2016. Dalam pandangannya, dengan sumberdaya yang dimilikinya, Polri diharapkan dapat menangkap seluruh anggota kelompok itu.
“Bagi kami operasi ini kalau mau diperpanjang silahkan saja tetapi kami berharap operasi ini dijalankan secara serius sudah terlalu lama lah masyarakat ini kemudian tidak menjalankan aktifitas pertanian di kebun-kebun mereka yang menjadi wilayah operasi Tinombala ini. Mereka (MIT) hanya segelintir orang tapi belum belum bisa tertangani,” kata Vincent.
Operasi Tinombala Perlu Dukungan Masyarakat
Kepala Pusat Penelitian Perdamaian dan Pengelolaan Konflik (P4K) Universitas Tadulako, Muhammad Marzuki (31/12) melalui pesan singkat menilai perpanjangan Operasi Tinombala, menunjukkan negara, dalam hal ini Kepolisian RI, secara tidak langsung mengakui bahwa keberadaan MIT masih eksis dan belum bisa dituntaskan.
Menurut Marzuki setidaknya ada dua hal minimal yang harus dilakukan Kepolisian RI dalam perpanjangan operasi Tinombala, yakni meningkatkan partisipasi masyarakat yang berada di sekitar Gunung Biru, utamanya pelibatan ulama dan tokoh masyarakat sebagai upaya mengisolasi pergerakan MIT.
Selain itu , kata Marzuki, operasi Tinombala juga perlu menyentuh langsung basis utama gerakan MIT. sehingga bisa menurunkan moral kelompok itu.
Disamping kedua hal tersebut, kata Marzuki, pelibatan TNI secara penuh juga patut dipertimbangkan. [yl/ab]