Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengungkapkan berdasarkan hasil uji tes DNA, identitas tiga teroris yang tewas itu adalah Rukli, Abu Alim alias Ambo dan Qatar alias Farel alias Anas.
“Selanjutnya sisa DPO (Daftar Pencarian Orang) ini kami mengimbau supaya bisa menyerahkan diri. Kalaupun ada pelanggaran hukum kita lakukan proses penegakan hukum,” kata Irjen Abdul Rakhman Baso kepada wartawan di Polda Sulteng, Rabu (4/8).
Dijelaskannya ketiga teroris yang tewas itu memiliki keterkaitan erat dengan serangkaian kekerasan yang menewaskan empat warga di Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi pada 27 November 2020 dan pembunuhan empat petani kopi, warga desa Kalemago, Kabupaten Poso pada 11 Mei 2021.
“Analisi kita, kadang-kadang di lapangan ini mereka terbagi beberapa kelompok, misalnya satu kelompok dipimpin Ali Kalora, satu kelompok lagi dipimpin Qatar dan sebagainya. Nah yang banyak . melakukan aksi kekerasan ini yang di bawah pimpinan Qatar ini,” jelas Abdul Rakhman Baso yang sekaligus sebagai Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO) Madago Raya.
Dikatakannya TNI POLRI masih melakukan pengejaran terhadap enam orang sisa kelompok itu di hutan pegunungan Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan kabupaten Sigi.
Warga Pahami Butuh Waktu Untuk Tuntaskan Teroris di Poso
Sekretaris Desa Kalemago, Otniel Papunde, mengungkapkan warga mengapresiasi keberhasilan Satgas Madago Raya dalam melumpuhkan tiga teroris yang terlibat dalam pembunuhan empat petani kopi di desa itu. Meskipun demikian, warga tetap berharap TNI POLRI dapat menangkap seluruh anggota kelompok itu untuk memulihkan rasa aman masyarakat.
“Betul juga harapan kita begini tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, yang diburu ini bukan binatang tapi manusia, jadi tentunya lebih pintar dan kalau kita pelajari dari segi taktik perang mereka kuasai juga, jadi tidak semudah itu langsung habis tapi pelan-pelan akan habis itu,” ungkap Otniel Papunde dihubungi VOA, Kamis (5/8) sore.
Otniel mengatakan warga di desa itu sudah mulai memberanikan diri untuk kembali mengolah kebun kopi dan kakao di pegunungan yang berjarak sekitar dua kilometer dari desa yang dihuni 218 keluarga atau 735 jiwa. Meskipun masih diliputi kekhawatiran, warga tidak punya pilihan lain mengingat lahan kebun menjadi sumber mata pencaharian utama warga di desa itu.
“Kalau kami cuma berdiam diri apa yang mau jadi dalam artian kita sekarang tidak bisa terlalu takut, tidak juga terlalu berani. Jadi kami sekarang sudah maksimalkan untuk pekerjaan,” tutur Otniel Papunde. Ditambahkannya untuk alasan keselamatan, maka saat ke kebun pada pagi hari, warga berangkat beramai-ramai dan pulang pada sore harinya.
Tiga Desa Minta Pos Tetap Aparat Keamanan
rjen Pol Abdul Rakhman Baso menginformasikan bahwa pihaknya sedang berupaya mewujudkan permintaan warga di desa Kalemago, Kabupaten Poso, Lembantongoa dan dusun Kawerewere, Desa Rejeki di Kabupaten Sigi untuk mendirikan pos tetap aparat keamanan untuk memberikan rasa aman kepada warga setempat.
“Saya rasa kita wajib mendukung itu karena negara harus hadir memberikan perlindungan, pelayanan dibidang keamanan sehingga masyarakat itu nyaman dalam rangka melaksanakan aktivitas kehidupannya,” papar Kapolda Sulteng itu.
Ditambahkannya, saat ini secara umum ada perkembangan baik dimana warga masyarakat pedesaan yang bangkit melawan terorisme dengan memberikan bantuan informasi kepada aparat keamanan terkait keberadaan anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). [yl/ab]