Polisi Pakistan, Senin (25/12), membebaskan 290 aktivis Baluchistan yang ditangkap ketika mereka berusaha mengadakan protes pekan lalu di ibu kota, Islamabad.
Pembebasan mereka terjadi beberapa hari setelah penyelenggara protes memberi batas waktu kepada pihak berwenang untuk membebaskan semua orang yang ditahan.
Para aktivis telah melakukan perjalanan sejauh 1.600 kilometer pada Kamis dari Turbat, sebuah kota di Provinsi Baluchistan, untuk memprotes penghilangan paksa dan pembunuhan di luar proses hukum di wilayah barat daya yang dilanda militansi.
Para pengunjuk rasa sebagian besar adalah perempuan, dan beberapa di antara mereka membawa serta anak-anak mereka yang berusia 7-12 tahun, ketika pasukan keamanan menggunakan pentungan dan meriam air untuk membubarkan dan menangkap mereka.
Mereka ingin menarik perhatian pada kasus Balaach Mola Bakhsh, 24 tahun, yang meninggal pada bulan November saat berada dalam tahanan polisi di Baluchistan. Pihak berwenang mengatakan ia terbunuh setelah militan menyergap kendaraan polisi yang mengangkutnya.
Polisi mengatakan Bakhsh membawa bom ketika ditangkap. Keluarganya bersikeras bahwa ia tidak bersalah dan menuntut keadilan baginya. Mereka juga mengatakan ia telah ditahan sejak Oktober. Polisi mengatakan mereka menangkapnya pada bulan November.
Penggunaan kekuatan polisi terhadap para pengunjuk rasa memicu kemarahan di kalangan penduduk Baluchistan dan menuai kecaman nasional dari para aktivis HAM terkemuka.
Penyelenggara protes mengatakan bahwa ketika puluhan kendaraan yang membawa para aktivis mencapai pinggiran Islamabad sebelum fajar pada Kamis, polisi menggunakan meriam air untuk menyerang mereka dan mulai memukuli mereka untuk mencegah mereka mencapai jantung ibu kota.
Pada akhir pekan, penyelenggara dan pengunjuk rasa mengadakan aksi duduk di luar Islamabad Press Club untuk mengecam kekerasan tersebut. “Empat polisi perempuan memukuli saya dengan pentungan,” kata Mahrang Baloch, salah satu anggota panitia penyelenggara, kepada wartawan ketika ia dan puluhan orang lainnya memegang foto mereka yang ditahan oleh polisi dan menuntut pembebasan mereka.
Senator Mushtaq Ahmed dan aktivis HAM terkemuka Farhat Ullah Baba menghadiri aksi duduk tersebut dan mengutuk penggunaan kekerasan oleh pihak berwenang.
“Para demonstran damai ini adalah korban terorisme negara,” kata Ahmed, seraya menambahkan bahwa setiap warga negara berhak melakukan protes damai di Pakistan.
Provinsi Baluchistan – yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran serta kaya akan minyak, gas, dan mineral – telah menjadi lokasi pemberontakan tingkat rendah yang dilakukan oleh kelompok nasionalis Baluchistan selama lebih dari dua dekade.
Mereka pada awalnya menginginkan adanya jatah dari sumber daya di provinsi itu, namun kemudian memulai pemberontakan dan menuntut kemerdekaan.
Menurut sejumlah aktivis HAM, mereka yang menuntut pembagian lebih besar atas sumber daya alam provinsi tersebut sering kali hilang setelah ditahan oleh aparat keamanan. [ab/uh]
Forum