Polisi Thailand, Rabu (18/11), memberikan konfirmasi bahwa dua orang terluka oleh tembakan. Aparat mengatakan penembakan itu terjadi selama bentrokan antara para demonstran prodemokrasi dan para pendukung setia kerajaan yang menentang reformasi kerajaan dan perubahan konstitusi.
Wakil Juru Bicara Kepolisian Thailand Kissana Phathanacharoen mengatakan pihaknya sedang menyelidiki masalah tersebut. Ia menambahkan tidak ada peluru tajam atau peluru karet yang digunakan oleh pihak berwenang selama demonstrasi yang digelar oleh dua kelompok yang berlawanan itu di dekat parlemen pada hari Selasa (17/11).
Para pengunjuk rasa prodemokrasi sempat bentrok dengan polisi dan berusaha menerobos penghalang yang diperkuat kawat berduri untuk memasuki halaman gedung parlemen. Mereka ingin memastikan parlemen menyetujui perubahan konstitusi, sementara para anggota parlemen sedang memperdebatkan apakah akan mendukung amendemen yang diusulkan.
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air yang dicampur bahan kimia tertentu terhadap para demonstran. Polisi kemudian mundur setelah bentrokan selama berjam-jam.
Dinas layanan darurat Erawan melaporkan 55 orang terluka, dan empat di antaranya membutuhkan perawatan rumah sakit, akibat bentrokan tersebut.
Bentrokan jalanan itu terjadi mulai sore hari dan berakhir sekitar enam jam kemudian, setelah para pemimpin protes menyerukan agar para pengikut mereka berhenti dan menghimbau mereka untuk pulang.
Itu adalah kekerasan terburuk selama berbulan-bulan aksi unjuk rasa, meskipun polisi sebelumnya telah menggunakan meriam air setidaknya dua kali.
Parlemen dijadwalkan akan melangsungkan pemungutan suara atas tujuh amendemen konstitusi yang diusulkan dalam sidang gabungan DPR dan Senat yang berlangsung dua hari. Perubahan konstitusi membutuhkan persetujuan kedua majelis itu. Setiap mosi yang disetujui harus melalui pemungutan suara kedua dan ketiga, yang setidaknya berlangsung sebulan setelah pemungutan suara pekan ini. [ab/uh]