Ratusan migran, yang diduga dari Suriah, hari Jumat (26/9), dikeluarkan dari sebuah kapal pesiar oleh satuan elit kepolisian Siprus.
Juru bicara kepolisian, Nicoletta Tyrimou, mengatakan kepada Associated Press, hampir 300 orang dikeluarkan dari kapal itu dalam operasi dini hari, setelah perundingan selama berjam-jam untuk membujuk mereka keluar atas kemauan sendiri, gagal. Para migran tersebut mendesak agar dibawa ke Italia.
62 orang telah meninggalkan kapal itu hari Kamis (25/9) atas kemauan sendiri, setelah kapal tersebut berlabuh di Limassol, pelabuhan utama pulau Siprus.
Menteri Kehakiman Ionas Nicolaou mengungkapkan, polisi terpaksa turun tangan "secara lunak" kemudian memaksa sisa migran lainnya keluar tanpa menggunakan kekerasan. Ke-345 orang, termasuk 52 anak, akan ditempatkan di pusat penampungan dekat ibukota Nicosia, di mana mereka akan diberi makanan dan pelayanan medis sampai pihak berwenang memutuskan apa yang akan dilakukan terhadap mereka.
Kapal pesiar Salamis Filoxenia yang menyelamatkan warga Suriah itu membawa mereka ke pelabuhan utama pulau itu, Limassol, dimana pihak berwenang Cyprus menyampaikan tidak bisa membawa pengungsi itu ke Italia namun menawarkan kepada pengungsi tempat penampungan, makanan dan layanan kesehatan.
Sekitar 1/5 dari pengungsi itu setuju untuk meninggalkan kapal pesiar itu hari Kamis, tapi yang lainnya menolak sampai hari Jumat. Setelah berbicara dengan polisi dan pejabat lainnya, pengungsi yang masih tersisa meninggalkan kapal itu dan dibawa ke sebuah fasilitas dekat Nicosia, ibukota Cyprus.
Cyprus terletak sekitar 100 kilometer di sebelah barat Suriah yang dikoyak perang dan diperkirakan banyak pengungsi dari wilayah konflik Suriah ingin pindah ke tempat-tempat yang jauh dari kawasan perang.
