JAKARTA —
Terdakwa teroris yang kabur dari penjara dengan menyamar memakai burqa dikembalikan ke tahanan setelah pasukan antiteror menangkapnya di sebuah bus di Jawa Timur, polisi menyatakan pada Selasa (11/12).
Roki Aprisdianto dihukum enam tahun penjara pada 2011 sebagai otak di balik serangkaian pemboman. Bulan lalu, ia melarikan diri dari tahanan Kepolisian Daerah Jakarta setelah sekelompok perempuan yang memakai burqa datang menjenguk suami-suami mereka. Ia kemudian memakai burqa, atau kerudung bercadar yang menutupi seluruh tubuh, untuk menyamar.
Juru bicara Kepolisian Republik Indonesia Mayjen Suhardi Alius mengatakan bahwa Roki memakai burqa ketika naik sebuah bus pada Senin larut malam, namun kemudian membukanya. Para anggota pasukan antiteror yang telah ada dalam bus menahan Roki saat kendaraan tersebut meninggalkan stasiun Madiun, Jawa Timur, menuju Solo.
“Ia membuka kerudungnya di dalam bus ketika ia mengira keadaan sudah aman,” ujar Suhardi. “Polisi segera menangkapnya.”
Dua orang militan yang diyakini merupakan anggota kelompok Roki ditangkap secara terpisah setelahnya di Solo, Jawa Tengah, sementara orang keempat, yang diduga merupakan pencari dana kelompok tersebut, ditahan di Solo pada Selasa, ujar Suhardi.
Ketiga orang tersebut mengaku membantu Roki mempersiapkan sebuah bom yang ditanam di sebuah kantor polisi di Solo pada 22 November. Bom tersebut gagal meledak dan polisi berhasil menjinakkannya. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Juru bicara polisi yang lain, Brigjen Boy Rafli Amar, mengatakan keempat pria tersebut ditahan setelah pihak berwenang menerima informasi mengenai keberadaan mereka dari tiga militan lain dalam kelompok, yang ditangkap minggu lalu di Solo, kota asal ulama radikal yang dipenjara, Abu Bakar Bashir. (AP)
Roki Aprisdianto dihukum enam tahun penjara pada 2011 sebagai otak di balik serangkaian pemboman. Bulan lalu, ia melarikan diri dari tahanan Kepolisian Daerah Jakarta setelah sekelompok perempuan yang memakai burqa datang menjenguk suami-suami mereka. Ia kemudian memakai burqa, atau kerudung bercadar yang menutupi seluruh tubuh, untuk menyamar.
Juru bicara Kepolisian Republik Indonesia Mayjen Suhardi Alius mengatakan bahwa Roki memakai burqa ketika naik sebuah bus pada Senin larut malam, namun kemudian membukanya. Para anggota pasukan antiteror yang telah ada dalam bus menahan Roki saat kendaraan tersebut meninggalkan stasiun Madiun, Jawa Timur, menuju Solo.
“Ia membuka kerudungnya di dalam bus ketika ia mengira keadaan sudah aman,” ujar Suhardi. “Polisi segera menangkapnya.”
Dua orang militan yang diyakini merupakan anggota kelompok Roki ditangkap secara terpisah setelahnya di Solo, Jawa Tengah, sementara orang keempat, yang diduga merupakan pencari dana kelompok tersebut, ditahan di Solo pada Selasa, ujar Suhardi.
Ketiga orang tersebut mengaku membantu Roki mempersiapkan sebuah bom yang ditanam di sebuah kantor polisi di Solo pada 22 November. Bom tersebut gagal meledak dan polisi berhasil menjinakkannya. Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Juru bicara polisi yang lain, Brigjen Boy Rafli Amar, mengatakan keempat pria tersebut ditahan setelah pihak berwenang menerima informasi mengenai keberadaan mereka dari tiga militan lain dalam kelompok, yang ditangkap minggu lalu di Solo, kota asal ulama radikal yang dipenjara, Abu Bakar Bashir. (AP)