Detasemen Khusus 88 Anti teror Mabes Polri telah menangkap 19 orang yang dicurigai terlibat dalam tindak pidana teroris dan menahan mereka di Markas Korps Brimob Depok. Penangkapan dilakukan menjelang Natal dan Tahun baru 2018.
Polisi menangkap 12 orang terduga teroris di Sumatera Selatan, 4 Orang di Riau dan 3 di Jawa Timur.
Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, dua belas orang yang ditangkap itu diduga telah melakukan pelatihan teroris di Bukit Gema, di Sumatra Selatan. Senjata untuk latihan militer tersebut dibeli oleh empat orang yang ditangkap di Pekanbaru, Riau. Sementara tiga orang yang ditangkap di Jawa Timur merupakan anggota jaringan Abu Jandal, warga negara Indonesia yang telah bergabung dengan kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah.
Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian mengatakan penangkapan terhadap 19 orang terduga teroris tersebut dilakukan untuk mencegah berulangnya serangan teror bom pada perayaan Natal di Jakarta pada 2000an yang menewaskan 20 orang.
Tito Karnavian mengatakan lembaganya terus melakukan tindakan pencegahan. Hingga kini ,lanjut Tito, belum ada ancaman teroris yang terdeteksi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2018. Meski demikian ancaman teroris merupakan kewaspadaan nomor satu menjelang Natal dan Tahun Baru. Salah satu langkah preventif yang dilakukan, kata Tito, adalah dengan melakukan operasi serentak Lilin Jaya 2017 untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru.
“Untuk natal dan tahun baru kita siapkan yang namanya Operasi Lilin. Kerawanan utama tentunya kami waspadai terorisme. Kita melakukan langkah-langkah preventif,” kata Tito.
Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, menilai penangkapan sejumlah teroris menjelang Natal dan tahun baru ini merupakan bagian dari pengamanan total yang dilakukan kepolisian.
“Kalau sekarang simultan masif, menurut saya, ini merupakan bagian dari antisipasi. Jangan sampai kemudian ada perencanaan-perencanaan sudah dilakukan oleh kelompok teror yang polisi tidak tahu,” kata Ridwan.
Menurut Ridlwan polisi tidak boleh lengah. Upaya antisipasi tetap harus dilakukan, kata Ridwan menambahkan.
Pada 2016, pergantian tahun baru berlangsung aman dari ancaman teror. Serangan justru muncul dua pekan setelahnya, ketika ledakan bom dan rangkaian penembakan terjadi di Jalan MH Thamrin dan menewaskan delapan orang. Empat orang diantaranya diidentifikasi sebagai pelaku dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah pimpinan Aman Abdurrahman yang kini masih mendekam di penjara.