Aparat penegak hukum di Thailand pada Senin (29/5) mengatakan telah menyita lebih dari satu ton crystal methamphetamine, alias sabu-sabu, di sebuah provinsi di selatan negara itu, yang mereka yakini akan dikirim ke Australia.
Pejabat dari kepolisian dan Badan Pengawas Narkotika mengumumkan bahwa 1,2 metrik ton obat terlarang yang juga dikenal dengan sebutan “es” itu kemungkinan berasal dari wilayah perbatasan utara Thailand, yang merupakan bagian dari Segitiga Emas yang berbatasan dengan Myanmar dan Laos.
Myanmar adalah produsen utama sabu-sabu, yang selama satu dekade terakhir telah menjadi obat terlarang paling dominan di Asia Tenggara, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, menggantikan opium dan produk olahanna, heroin. Ketidakstabilan politik selama puluhan tahun telah membuat sebagian besar wilayah perbatasan Myanmar tidak memiliki penegakan hukum dan dieksploitasi oleh para produsen dan pengedar narkoba.
Dalam laporannya pada Mei tahun lalu, Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan memperingatkan bahwa produksi dan pengedaran obat-obatan sintetis seperti metamfetamina sedang berkembang di wilayah tersebut. lembaga itu mengatakan bahwa jumlah tabet sabu yang disita di Asia Timur dan Tenggara melebihi satu miliar buah untuk pertama kalinya pada 2021.
Sabu-sabu yang disita Rabu (24/5) lalu di provinsi Songkhla disamarkan sebagai paket teh. Para pejabat mengumumkan pada konferensi pers bahwa ketiga tersangka yang diyakini membawa narkoba telah melarikan diri, sehingga mempersulit rencana para pengedar.
Wichai Chaimongkol, sekretaris jenderal Badan Pengawas Narkotika, mengatakan bahwa aparat berharap dapat melacak obat-obatan tersebut ke tujuan mereka di Australia untuk menangkap anggota geng penyelundupan yang berpangkat lebih tinggi, namun ketiga terduga pelaku penyelundupan di Songkhla menyadari mereka tengah diawasi.
Pejabat Thailand yakin narkoba yang disembunyikan di sebuah rumah dan dua truk pikap itu akan diselundupkan ke Australia dengan menggunakan jalur laut, kata Wichai.
Obat-obatan terlarang yang disita dalam penggerebekan baru-baru ini, termasuk di Bangkok pada Maret dan April lalu, juga diduga akan dikirim ke Australia.
Kepolisian Australia mengatakan pada tahun 2019 bahwa mereka menyita 1,6 metrik ton sabu-sabu di tepi pantai Melbourne, yang disembunyikan di dalam mesin pengeras suara yang dikirim dari Bangkok. November lalu, pejabat narkotika Thailand mengatakan bahwa pada tahun fiskal yang berakhir pada September 2022, mereka telah 22 kali mencegat narkoba yang akan dikirim ke Australia, yang disamarkan dalam berbagai bentuk – salah satunya sebagai sarung bantal yang dilapisi sabu.
Tahun lalu, laporan PBB mencatat bahwa 1.008 miliar tablet sabu yang disita pada 2021 tujuh kali lebih banyak dari jumlah yang disita 10 tahun sebelumnya. Laporan itu memperingatkan bahwa peningkatan produksi sabu membuat obat terlarang itu semakin murah dan lebih mudah didapat, sehingga menimbulkan risiko yang lebih besar bagi masyarakat. [rd/jm]
Forum