SURABAYA, JAWA TIMUR —
Rencana penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak oleh Pemerintah Kota Surabaya pada 18 Juni besok, masih memunculkan penolakan yang dilakukan oleh para pekerja lokalisasi serta sebagian warga yang menggantungkan hidupnya dari lokalisasi. Bendera Merah Putih dikibarkan setengah tiang oleh warga dan pemilik wisma, sebagai tanda keprihatinan atas penutupan lokalisasi.
Kepolisian menyiagakan sekitar 800 personil polisi untuk mengamankan jalannya penutupan lokalisasi Dolly, yang deklarasinya akan dilakukan di gedung Islamic Center dikawasan Dukuh Kupang, sekitar 1 kilometer dari lokalisasi.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Sawahan, Komisaris Polisi Manang Soebeti mengatakan, petugas keamanan telah siaga menjaga segala kemungkinan yang terjadi, meski pihaknya berharap penutupan lokalisasi berjalan damai dan aman.
“Aksi penutupan besok kita sudah siapkan personil banyak, dari Polrestabes dan dari Polda Jatim, saat ini ada 800 orang, ada di Kelurahan, Kecamatan, Islamic Center,” kata Komisaris Polisi Manang Soebeti, Kapolsek Sawahan.
Pemerintah Kota Surabaya masih pada rencana semula yang akan menutup lokalisasi Dolly dan Jarak pada 18 Juni besok, meski mendapat tentangan dan penolakan dari sebagian warga dan pekerja lokalisasi.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, meski penolakan yang dihadapi cukup kuat, dirinya menekankan pentingnya penutupan demi masa depan anak-anak yang terdampak buruk oleh adanya lokalisasi.
“Saya berharap anak-anak disana juga mempunyai hak yang sama dengan anak-anak lain. Itulah yang saya kepingin memberikan ruang yang sama untuk anak-anak di kawasan Putat Jaya dan juga kawasan di Jarak, untuk anak-anak bisa mendapatkan dan meraih pendidikan yang sama,” kata Tri Rismaharini, Walikota Surabaya.
Penolakan penutupan lokalisasi yang terletak dikawasan jalan Jarak, Putat Jaya dan Kupang Gunung, menurut seorang warga Putat Jaya bernama Suto Hari, didasari pada belum adanya pembicaraan secara langsung dari Pemerintah Kota Surabaya, sehingga menimbulkan kekhawatiran warga yang menggantungkan ekonominya pada lokalisasi.
“Sampai saat ini, detik ini, jam ini, yang punya gawe itu misalnya bu Walikota, Pemerintah Kota, itu belum menyentuh sama warga secara langsung, maksudnya warga itu datanglah langsung kesitu, bagaimana enaknya, ada waktu apakah sampai disitu, belum ada. Jadi yang dinanti oleh warga itu kepastian (masa depan pasca penutupan lokalisasi),” kata Suto Hari, Warga Putat Jaya.
Ety, warga Putat Jaya yang membuka warung makanan di gang Dolly, mengaku belum diajak bicara secara langsung mengenai kompensasi penutupan bagi pedagang dan warga, yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas lokalisasi. Ety meminta Pemerintah Kota Surabaya memberikan batas waktu beberapa tahun lagi, sebelum betul-betul menutup lokalisasi Dolly dan Jarak.
“Harapan saya ya kalau memang dikasi dana ya, harusnya dicairkan. Jadi harus dimusyawarahkan, berapa-berapa kan untuk PKL-PKL ini kan, kami kan juga butuh masa depan. Kalau langsung begini, langsung dipenggal (ditutup) kan, kita-kita ini kalau ada kreditan sepeda (motor) atau apa kan gak bisa mengangsur, iya kan. Umpamanya bisa diajak musyawarah, diajak apa gimana ngomong baik-baik, jangan langsung mendadak, jadi kasi waktu,” kata Ety, Warga Putat Jaya Pemilik Warung Makanan.
Sementara itu Gubernur Jawa Timur Soekarwo menegaskan dukungannya, terhadap rencana penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak oleh Pemerintah Kota Surabaya. Soekarwo berharap, penutupan berjalan sesuai rencana dan harapan sebagian besar masyarakat Surabaya.
“Kalau kita posisinya mensupport, jadi siapkan, kalau sudah dibuat keputusan ini betul-betul harus dilaksanakan, jangan mundur karena ini termasuk bagaimana kebijakan itu mempunyai integritas yang kuat, oleh sebab itu dilakukan pendekatan yang baik sebelumnya, pokoknya kita menjadi support terhadap kegiatan itu,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur.
Kepolisian menyiagakan sekitar 800 personil polisi untuk mengamankan jalannya penutupan lokalisasi Dolly, yang deklarasinya akan dilakukan di gedung Islamic Center dikawasan Dukuh Kupang, sekitar 1 kilometer dari lokalisasi.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Sawahan, Komisaris Polisi Manang Soebeti mengatakan, petugas keamanan telah siaga menjaga segala kemungkinan yang terjadi, meski pihaknya berharap penutupan lokalisasi berjalan damai dan aman.
“Aksi penutupan besok kita sudah siapkan personil banyak, dari Polrestabes dan dari Polda Jatim, saat ini ada 800 orang, ada di Kelurahan, Kecamatan, Islamic Center,” kata Komisaris Polisi Manang Soebeti, Kapolsek Sawahan.
Pemerintah Kota Surabaya masih pada rencana semula yang akan menutup lokalisasi Dolly dan Jarak pada 18 Juni besok, meski mendapat tentangan dan penolakan dari sebagian warga dan pekerja lokalisasi.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, meski penolakan yang dihadapi cukup kuat, dirinya menekankan pentingnya penutupan demi masa depan anak-anak yang terdampak buruk oleh adanya lokalisasi.
“Saya berharap anak-anak disana juga mempunyai hak yang sama dengan anak-anak lain. Itulah yang saya kepingin memberikan ruang yang sama untuk anak-anak di kawasan Putat Jaya dan juga kawasan di Jarak, untuk anak-anak bisa mendapatkan dan meraih pendidikan yang sama,” kata Tri Rismaharini, Walikota Surabaya.
Penolakan penutupan lokalisasi yang terletak dikawasan jalan Jarak, Putat Jaya dan Kupang Gunung, menurut seorang warga Putat Jaya bernama Suto Hari, didasari pada belum adanya pembicaraan secara langsung dari Pemerintah Kota Surabaya, sehingga menimbulkan kekhawatiran warga yang menggantungkan ekonominya pada lokalisasi.
“Sampai saat ini, detik ini, jam ini, yang punya gawe itu misalnya bu Walikota, Pemerintah Kota, itu belum menyentuh sama warga secara langsung, maksudnya warga itu datanglah langsung kesitu, bagaimana enaknya, ada waktu apakah sampai disitu, belum ada. Jadi yang dinanti oleh warga itu kepastian (masa depan pasca penutupan lokalisasi),” kata Suto Hari, Warga Putat Jaya.
Ety, warga Putat Jaya yang membuka warung makanan di gang Dolly, mengaku belum diajak bicara secara langsung mengenai kompensasi penutupan bagi pedagang dan warga, yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas lokalisasi. Ety meminta Pemerintah Kota Surabaya memberikan batas waktu beberapa tahun lagi, sebelum betul-betul menutup lokalisasi Dolly dan Jarak.
“Harapan saya ya kalau memang dikasi dana ya, harusnya dicairkan. Jadi harus dimusyawarahkan, berapa-berapa kan untuk PKL-PKL ini kan, kami kan juga butuh masa depan. Kalau langsung begini, langsung dipenggal (ditutup) kan, kita-kita ini kalau ada kreditan sepeda (motor) atau apa kan gak bisa mengangsur, iya kan. Umpamanya bisa diajak musyawarah, diajak apa gimana ngomong baik-baik, jangan langsung mendadak, jadi kasi waktu,” kata Ety, Warga Putat Jaya Pemilik Warung Makanan.
Sementara itu Gubernur Jawa Timur Soekarwo menegaskan dukungannya, terhadap rencana penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak oleh Pemerintah Kota Surabaya. Soekarwo berharap, penutupan berjalan sesuai rencana dan harapan sebagian besar masyarakat Surabaya.
“Kalau kita posisinya mensupport, jadi siapkan, kalau sudah dibuat keputusan ini betul-betul harus dilaksanakan, jangan mundur karena ini termasuk bagaimana kebijakan itu mempunyai integritas yang kuat, oleh sebab itu dilakukan pendekatan yang baik sebelumnya, pokoknya kita menjadi support terhadap kegiatan itu,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur.