Tautan-tautan Akses

Politisi Jepang Kecam Orang yang Tak Punya Anak Sebagai Sosok Egois


Buddhist monks pull a cart carrying sandbags to protect a temple from a flood in Ayutthaya province, Thailand.
Buddhist monks pull a cart carrying sandbags to protect a temple from a flood in Ayutthaya province, Thailand.

Pemimpin partai berkuasa di Jepang memicu kegemparan ketika menyebut orang yang tidak memiliki anak sebagai sosok egois. Pernyataan tersebut adalah serangkaian komentar terbaru oleh politisi senior yang mendesak perempuan supaya memiliki lebih banyak bayi, kantor berita Associated Press melaporkan.

Sekjen Partai Demokratik Liberal LDP, Toshihiro Nikai, Selasa (26/6/2018), mengatakan generasi baru menilai mereka lebih baik jika tidak memiliki anak. Ia membandingkan mereka dengan orang yang lebih tua, yang memiliki keluarga besar, meskipun menghadapi kehancuran Perang Dunia Kedua.

Ia menyerukan kepada perempuan Jepang untuk menyumbang bagi kemakmuran negara itu dengan memiliki lebih banyak anak. Negara itu sedang berjuang menghadapi penurunan jumlah populasi dan angkatan berusia lanjut.

“Sebelum, selama dan setelah perang, tidak ada yang mengatakan lebih baik tidak punya anak karena hal itu akan terlalu merepotkan. Hari ini, orang-orang memiliki gagasan egois bahwa mereka lebih baik jika tidak memiliki anak,” ujar Nikai. “Supaya semua orang bahagia, perempuan seharusnya memiliki banyak anak, sehingga negara kita lebih berkembang dan makmur,” kata Nikai menambahkan.

​Keluarga adalah Hak Asasi Paling Mendasar

Mereka yang menentang mengatakan pernyataan Nikai itu mengabaikan hak orang untuk memilih besaran keluarga dan kurang peka terhadap mereka yang terpaksa menghapus harapan punya anak karena masalah keuangan atau medis.

Mereka juga mengkritik Nikai karena menolak keragaman keluarga, termasuk pasangan sesama jenis dan orang tua tunggal

Seorang perempuan hamil sedang bekerja di kantornya di Tokyo, 2 Juli 2013.
Seorang perempuan hamil sedang bekerja di kantornya di Tokyo, 2 Juli 2013.

Pemimpin Partai Demokratik Konstitusional Jepang yang beroposisi, Yukio Edano, mengatakan kepada Perdana Menteri Shinzo Abe dalam debat parlemen, Rabu (27/6/2018), bahwa keputusan untuk memiliki anak ``merupakan bagian dari hak menentukan nasib sendiri yang paling mendasar, dimana pihak ketiga seharusnya tidak ikut campur.”

Abe setuju, dengan mengatakan keputusan untuk menikah atau memiliki anak harus terserah pada masing-masing individu, dan mengakui bahwa ia dan istrinya, Akie, tidak memiliki anak. “Kami tidak boleh memaksakan pendapat kami pada orang lain,” ujarnya.

Abe berjanji akan memberikan bantuan keuangan untuk membesarkan dan mendidik anak.

Kelahiran Terendah Sejak 1899

Statistik pemerintah Jepang menunjukkan hanya 946.060 bayi yang lahir tahun lalu, atau berarti jumlah terendah sejak Jepang mulai menyusun statistik pada 1899. Angka kelahiran di bawah satu juta itu juga yang kedua terendah secara berturut-turut.

Baca: Jumlah Kelahiran di Jepang 2017 Sentuh Titik Terendah

Abe telah mempromosikan kemajuan perempuan di tempat kerja untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja akibat semakin banyaknya angkatan berusia lanjut dan menurunnya populasi, meskipun aktivis-aktivis HAM mengatakan langkah Abe itu tidak memadai karena tidak didasarkan pada HAM.

Beberapa anggota senior parlemen baru-baru ini dikritik karena mendesak perempuan supaya lebih fokus pada mengasuh anak.

Mei lalu seorang sahabat Abe, Koichi Hagiuda, menimbulkan kemarahan sejumlah perempuan dan laki-laki yang menjadi orang tua tunggal karena mengatakan bahwa perempuan seharusnya menjadi penanggung jawab utama untuk membesarkan anak-anak karena “semua bayi lebih memilih ibu dibanding ayah.”

Sementara seorang anggota parlemen lainnya, Kanji Kato, mengatakan setiap pasangan yang menikah seharusnya memiliki sedikitnya tiga anak. [em/al]

XS
SM
MD
LG