Beberapa diplomat senior AS, termasuk mantan Duta Besar AS untuk Ukraina Marie Yovanovitch, merupakan saksi kunci dalam penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump. Ketika transkrip kesaksian Dubes ini dalam sidang tertutup di Kongres dirilis, banyak yang mempertanyakan mengapa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo tidak melindungi atau bahkan mendukung Yovanovitch dari serangan pemerintahan Trump yang akhirnya menyebabkan dirinya harus berhenti dari jabatannya.
Duta Besar AS untuk Ukraina ketika itu, Marie Yovanovitch mengatakan kepada anggota Kongres, dalam kesaksian di bawah sumpah, bahwa ia terkejut ketika pada tengah malam menerima telepon yang memintanya untuk meninggalkan jabatannya dan kembali ke AS dengan pesawat keesokan harinya.
Transkrip dari kesaksiannya yang dirilis minggu ini menekankan pengabdiannya selama 33 tahun sebagai Pejabat Departemen Luar Negeri, serta mengabdi dibawah enam presiden. Ia mengatakan diplomat AS sering berhadapan dengan bahaya, namun mereka yakin pemerintah akan melindungi mereka jika mereka diserang. Tetapi ia mengatakan prinsip mendasar ini dibawah pemerintahan Trump tidak berlaku lagi.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo membela penarikan Yovanovitch yang lebih dini dari posnya di jaringan televisi ABC News "This Week," dengan mengatakan Yovanovitch tetap diplomat yang bereputasi baik.
"Para Duta besar menjabat sesuai keinginan presiden. Ketika seorang presiden kehilangan kepercayaan pada seorang duta besar, baik duta besar itu sendiri, maupun Departemen Luar Negeri, atau Amerika tidak berkepentingan untuk mempertahankan mereka," ungkap Pompeo.
Tetapi diplomat karier lainnya mengatakan kepada VOA kurangnya dukungan Pompeo terhadap Yovanavitch merupakan sebuah penyimpangan.
"Ia adalah salah seorang dari profesional yang paling jujur dan berdedikasi yang saya kenal. Dan faktanya adalah, dia tidak diberi kesempatan untuk membela diri atau diberi peluang berkomunikasi langsung dengan Menlu. Yovanovitch bersaksi bahwa Duta Besar AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland menyarankan kepadanya untuk men-tweet dukungannya terhadap Trump untuk menyelamatkan jabatannya. Hal seperti itu tak terbayangkan," kata mantan Duta Besar Laura Kennedy.
Kennedy menambahkan, "Kami tentu mendukung, kebijakan pemerintah yang kami layani, kami berkewajiban untuk mendukung kebijakan itu di depan umum, itulah tugas kami. Namun kembali lagi, kami, para diplomat karier, seperti pegawai negeri lainnya, berjanji untuk menjunjung Konstitusi, bukan menjunjung individu tertentu."
Beberapa mantan diplomat mengatakan kepercayaan terhadap kepemimpinan Pompeo sangat menurun di Departemen Luar Negeri, dan mereka khawatir hal itu merugikan upaya perekrutan diplomat baru. (my/jm)