Tautan-tautan Akses

Prancis: Iran Percepat Pelanggaran JCPOA


Duta Besar Prancis untuk PBB, Nicolas de Riviere, berbicara kepada awak media sebelum menghadiri pertemuan Dewan Keamanan PBB, pada 3 Januari 2020. (Foto: AP/Seth Wenig)
Duta Besar Prancis untuk PBB, Nicolas de Riviere, berbicara kepada awak media sebelum menghadiri pertemuan Dewan Keamanan PBB, pada 3 Januari 2020. (Foto: AP/Seth Wenig)

Dalam pernyataan bersama, duta besar dari Inggris, Prancis dan Jerman untuk PBB mengatakan program nuklir Iran “tidak pernah mengalami kemajuan sepesat saat ini.”

Berbicara menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang pelarangan penyebar luasan senjata atau nonproliferasi, Duta Besar Prancis untuk PBB Nicolas de Riviere menyebut situasi terkait perundingan program nuklir Iran cukup “berat.”

“Eskalasi nuklir ini merusak perdamaian dan keamanan internasional dan sistem nonproliferasi global,” kata de Riviere.

Diapit oleh duta besar dari Jerman dan Inggris, de Riviere mengatakan “kita mendekati titik di mana eskalasi program nuklir Iran akan sepenuhnya merusak Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

Kepala pengawas nuklir PBB Rafael Mariano Grossi mengatakan kepada kantor berita Associated Press pada Selasa (14/12) mengenai hambatan bagi para petugas inspeksi dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam melakukan tugas mereka di Iran.

Grossi telah memperingatkan bahwa pembatasan yang dihadapi oleh para perwakilan IAEA dalam menjalankan tugasnya di Iran hanya akan memberi dunia gambaran yang sangat kabur tentang program nuklir Iran sementara negara itu memperkaya uranium yang dimilikinya menuju ke tingkat yang bisa digunakan sebagai pengayaan senjata.

Sejak runtuhnya kesepakatan nuklir Iran, pihak Teheran telah mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen – tidak jauh dari tingkat kemurnian 90 persen yang dapat digunakan sebagai senjata. Kesepakatan nuklir tersebut sebelumnya membatasi pengayaan hingga 3,67 persen, jumlah yang cukup untuk digunakan pada pembangkit listrik.

Iran menegaskan programnya bertujuan damai, tetapi badan-badan intelijen AS dan IAEA mengatakan Iran mengoperasikan program senjata nuklir terorganisir hingga 2003. [lt/jm]

XS
SM
MD
LG