Tautan-tautan Akses

Prancis: Kesempatan untuk Selamatkan Kesepakatan Nuklir Iran Tinggal Beberapa Minggu Lagi


Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menghadiri konferensi pers mengenai krisis pangan global di Berlin, Jerman, pada 24 Juni 2022. (Foto: Pool via Reuters/John MacDougall)
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menghadiri konferensi pers mengenai krisis pangan global di Berlin, Jerman, pada 24 Juni 2022. (Foto: Pool via Reuters/John MacDougall)

Menteri Luar Negeri Prancis yang baru, pada Selasa (12/7), mengatakan waktu yang tersisa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 antara Iran dan sejumlah negara-negara besar hanya menyisakan waktu beberapa minggu lagi sebelum kesempatan tersebut berakhir.

Berbicara kepada anggota parlemen, Catherine Colonna mengatakan situasinya tidak lagi bisa dipertahankan dan menuduh Iran menggunakan taktik penundaan dan kembali ke posisi yang disepakati sebelumnya selama pembicaraan di Doha pada awal bulan ini, sambil terus melakukan program pengayaan uraniumnya.

"Masih ada kesempatan bagi ... Iran untuk akhirnya memutuskan menerima sebuah kesepakatan yang diupayakan dan berfungsi. Tapi waktu yang tersisa sedikit lagi," kata Colonna, sambil memperingatkan bahwa jika Iran tetap pada jalurnya saat ini, Iran akan berada di ambang batas negara bersenjata nuklir.

"Waktu terus berlalu. Teheran harus menyadari hal ini," katanya, seraya menambahkan bahwa pemilihan sela yang akan berlangsung di Amerika Serikat semakin menyulitkan tercapainya kesepakatan itu.

"Jendela peluang akan ditutup dalam beberapa minggu. Tidak akan ada kesepakatan yang lebih baik dengan apa yang ada saat ini."

Pekan lalu, utusan AS untuk perundingan guna memberlakukan kembali kesepakatan itu mengatakan Iran telah menambahkan tuntutan yang tidak terkait pada diskusi tentang program nuklirnya selama pembicaraan terakhir dan telah membuat kemajuan yang mengkhawatirkan dalam pengayaan uranium.

Berdasarkan perjanjian nuklir 2015, Iran membatasi program pengayaan uraniumnya, jalur yang berpotensi memiliki senjata nuklir, meskipun Teheran mengatakan hanya mengupayakan energi nuklir untuk tujuan sipil dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Pada tahun 2018, Presiden AS ketika itu Donald Trump, mencampakkan kesepakatan itu, menyebutnya sebagai tindakan yang terlalu lunak terhadap Iran, dan menerapkan kembali sanksi keras AS, mendorong Teheran untuk melanggar batas nuklir dalam perjanjian tersebut.

Para pejabat negara-negara Barat telah berulang kali mengatakan pembicaraan antara kekuatan dunia dan Iran tinggal menyisakan waktu beberapa minggu lagi untuk menyimpulkan kesepakatan, di mana pendahulu Colonna, Jean-Yves Le Drian pada bulan Februari lalu bahkan mengatakan hanya tinggal beberapa hari. [my/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG