Presiden AS Joe Biden akan mengadakan pertemuan puncak secara virtual dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Selasa (7/12) di tengah pengerahan besar-besaran pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.
Presiden Biden diperkirakan akan menyampaikan serangkaian tawaran diplomatik kepada Presiden Putin dalam upaya meredakan situasi, berikut peringatan yang jelas tentang kemungkinan sanksi jika pasukan Rusia menyerang tetangganya yang lebih kecil dan bekas republik Soviet itu.
Para pejabat pemerintah mengatakan Moskow telah meluncurkan kampanye disinformasi besar-besaran di dunia maya dengan menjelek-jelekan pemerintah Ukraina, mirip dengan aksi menjelang invasi dan pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014. Komunitas intelijen AS merilis sebuah dokumen pekan lalu yang menyimpulkan bahwa Putin akan mengerahkan 175.000 tentara di sepanjang perbatasan dengan Ukraina segera setelah Januari sebagai bagian dari serangan multi-medan.
Putin diperkirakan akan mengeluarkan permintaan yang sering diulangnya agar Ukraina tidak pernah diizinkan bergabung dengan NATO, aliansi militer berusia tujuh dekade antara Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Permintaan itu kemungkinan besar akan ditolak oleh Biden. Sementara itu, Biden diperkirakan akan mengancam untuk memutuskan Rusia dari SWIFT, sistem pembayaran keuangan internasional.
AS telah memberikan beragam dukungan militer ke Ukraina, tetapi para pejabat pemerintah mengatakan AS tidak akan mengerahkan pasukan tempur ke Ukraina jika terjadi invasi Rusia.
Biden menerima Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih pada bulan September, dan meyakinkannya bahwa AS “berkomitmen kuat terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.”
Pada hari Senin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengunjungi pasukan di wilayah Donetsk, Ukraina timur dan mengatakan pasukannya mampu menangkis serangan Rusia. [lt/ab]
