Tautan-tautan Akses

Presiden AS Umumkan Langkah untuk Melindungi Warga dari Cuaca Ekstrem


Puing-puing berserakan dan rumah-rumah dengan atap yang hilang akibat hantaman Badai Beryl di pulau Petite Martinique, Grenada 2 Juli 2024. (REUTERS/Arthur Daniel)
Puing-puing berserakan dan rumah-rumah dengan atap yang hilang akibat hantaman Badai Beryl di pulau Petite Martinique, Grenada 2 Juli 2024. (REUTERS/Arthur Daniel)

Saat negara-negara di Karibia bersiap menghadapi badai kategori lima yang pertama tahun ini, dan negara-negara seperti India dan China mengalami curah hujan yang belum pernah ada dalam sejarah, juga banjir dan tanah longsor; para ilmuwan memperingatkan cuaca ekstrem akan terus berlanjut karena perubahan iklim.

Setelah melintasi bagian tenggara Karibia, badai Beryl kini bergerak menuju ke Jamaika, di mana nelayan-nelayan seperti Clive Davis berupaya mengamankan kapal-kapal mereka. “Badai Beryl dengan begitu cepat bertambah kuat, dari depresi tropis menjadi salah satu badai terkuat dalam sejarah,” jelasnya.

Sejumlah ilmuwan mengatakan musim badai tahun ini sudah menorehkan sejarah tersendiri. Pakar ilmu atmosfer di Texas A&M University, Prof. Andrew Dessler mengatakan, "Yang tidak biasa adalah tahun ini badai terbentuk lebih awal dibanding yang kami perkirakan. Kita biasanya mengalami badai seperti ini pada bulan Agustus dan September, tetapi kita mengalami badai ini pada bulan Juni dan awal Juli."

Di Washington DC, yang telah mengalami suhu terpanas dalam hampir satu dekade terakhir, para pejabat urusan darurat pada hari Selasa (2/7) menjelaskan soal cuaca ekstrem ini kepada Presiden Joe Biden dan anggota kabinetnya.

Selepas pertemuan itu Biden mengatakan, “Sudah puluhan juta warga Amerika yang mendpat peringatan suhu panas akibat suhu yang memecahkan rekor. Suhu di Washington DC bulan lalu adalah 100 Fahrenheit atau 37 derajat Celsius. Sementara di Phoenix, Arizona, suhu mencapai 112 Fahrenheit atau 44 derajat Celsius. Sementara di Phoenix, Arizona, mencapai 112 Fahrenheit atau 44 derajat Celsius; dan di Las Vegas, Nevada, suhu mencapai 111 Fahrenheit atau 43 derajat Celsius.”

Presiden Joe Biden saat meninjau Pusat Operasi Darurat di Washington D.C., Selasa, 2 Juli 2024. (AP/Evan Vucci)
Presiden Joe Biden saat meninjau Pusat Operasi Darurat di Washington D.C., Selasa, 2 Juli 2024. (AP/Evan Vucci)

Biden mencatat bahwa suhu panas yang ekstrem adalah pembunuh nomor satu terkait cuaca di Amerika, dan pada hari Rabu (3/7) ia mengumumkan langkah-langkah untuk membantu melindungi warga, termasuk standar keselamatan baru di tempat kerja. Ia juga mengalokasikan US$1 miliar (setara 16,3 triliun rupiah) untuk mendanai proyek-proyek guna melindungi masyarakat dari bahaya alam seperti badai dan banjir.

Ada beberapa situasi yang sudah terjadi di seluruh dunia – seperti di New Delhi, India yang kini menghadapi curah hujan yang tinggi setelah didera rekor suhu tertinggi, yaitu hampir 53 derajat Celcius pada akhir Mei lalu.

Pakar iklim Andrew Dessler dari Texas A&M University mengatakan, “Suhu udara menjadi semakin panas. Ini bukan sekedar kebingungan karena situasi yang tidak biasa. Ini adalah fisika. Kita membuang gas rumah kaca ke atmosfer. Gas-gas itu memerangkap panas dan hasilnya adalah kondisi bumi yang lebih panas."

Para ilmuwan mengatakan suhu yang tinggi, kenaikan permukaan air laut dan perubahan pola curah hujan kemungkinan besar akan menyebabkan lebih banyak badai seperti Badai Beryl yang kini sedang menyapu Jamaika dan Kepulauan Cayman. [em/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG