Presiden Guatemala yang baru terpilih Alejandro Giammattei mengatakan, ia ingin membuat perubahan dalam kesepakatan imigrasi yang dibuat antara negaranya dan Amerika Serikat karena Guatemala tidak memiliki sumberdaya untuk menangani para pencari suaka dari negara-negara lain. Kesepakatan itu dibuat Juli lalu antara pemerintahan Presiden Jimmy Morales yang akan segera berakhir masa tugasnya dan AS.
Presiden Donald Trump akan mengharuskan para migran dari negara-negara lain yang melintasi Guatemala mengajukan permohonan suaka dari sana. Pemerintahan Trump menekan Guatemala untuk menyetujui kesepakatan tersebut, atau berhadapan dengan sanksi pajak jika menolaknya.
Para migran dari El Salvador dan Honduras harus melintasi Guatemala dan Meksiko untuk mencapai perbatasan AS. Pemerintahan Trump telah berunding dengan pemerintah Meksiko dan Guatemala untuk membendung arus migran ke perbatasan AS itu dan meringankan beban sistem imigrasi AS.
Presiden terpilih Guatemala Alejandro Giammattei, konservatif yang meraih kemenangan meyakinkan dalam pemilu hari Minggu lalu, mengatakan, kesepakatan itu tidak bisa diterapkan di negaranya.
"Jika kita tidak memiliki kapasitas untuk mengurus rakyat kita sendiri, bayangkan apa yang akan terjadi pada orang-orang asing,” jelas Giammattei.
Hampir 60 persen dari sekitar 18 juta penduduk Guatemala hidup dalam kemiskinan, dan 1 juta di antara mereka telah meninggalkan negara itu dalam setahun terakhir. Giammattei mengatakan migrasi dari negara-negara miskin tidak bisa dihentikan secara paksa.
"Tembok tidak akan menghentikan imigrasi. Senjata tidak akan menghentikan imigrasi. Satu-satunya yang bisa menghentikan imigrasi adalah kemakmuran. Jika rumah, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan tersedia, siapa yang mau pergi? Itulah lima hal yang harus kita perjuangkan,” imbuhnya.
Ketua DPR Nancy Pelosi mengunjungi beberapa negara Amerika Tengah, termasuk Guatemala, pekan lalu, untuk mengeksplorasi penyebab-penyebab migrasi dan mencari cara-cara untuk meredakannya.
"Bagaimana kita bisa berusaha bersama-sama untuk menjadikan Guatemala sebagai negara yang diminati sebagai tempat tinggal, ketimbang mereka harus menderita dengan berusaha masuk ke Amerika untuk mendapatkan status,” kata Pelosi.
Trump mengatakan sistem suaka AS telah disalahgunakan secara luas oleh para migran. "Penyalahgunaan sistem suaka juga membebani sistem-sistem sekolah negeri kita, rumahsakit-rumahsakit kita, tempat-tempat penampungan kita. Kita terpaksa menggunakan dana yang seharusnya dialokasikan untuk para veteran perang lanjut usia, anak-anak muda beresiko dan orang-orang miskin Amerika. Kita menggunakan dana yang seharusnya untuk mereka,” tegasnya.
Pemerintahan Trump, pekan ini, juga memperkenalkan sebuah aturan yang akan mempersulit proses imigrasi legal bagi mereka yang membutuhkan tunjangan pemerintah. Para pengecamnya mengatakan, peraturan baru itu mendiskriminasi orang-orang miskin, khususnya yang berkeahlian rendah, dari negara-negara miskin seperti El Salvador, Honduras dan Guatemala. Sejumlah aktivis HAM telah mengumumkan mereka akan mempersoalkan peraturan baru itu di pengadilan. [ab/lt]