Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Kamis (13/4) berjanji bahwa “Brazil kembali!” Ini dikemukakan Lula dalam kunjungan kenegaraan ke China yang dimaksudkan untuk memperkuat hubungan perdagangan dan meraih dukungan bagi upayanya mendorong perdamaian di Ukraina.
Tokoh kiri kawakan yang tiba di Shanghai pada Rabu malam itu ingin memosisikan kembali Brazil sebagai pemain global penting setelah relatif mengisolasi diri selama empat tahun di bawah pemerintahan pendahulunya, Jair Bolsonaro.
“Masa ketika Brazil absen dari keputusan penting dunia sudah lewat,” kata Lula dalam upacara untuk melantik sekutu politiknya Dilma Rousseff sebagai presiden Bank Pembangunan Baru (NDB) BRICS. “Kami kembali ke panggung internasional, setelah absen yang sukar dipahami,” jelasnya.
Lula dijadwalkan berada di Shanghai pada hari Kamis (13/4) sebelum menuju ibu kota, Beijing, untuk bertemu sejawatnya Xi Jinping. Kedua pemimpin diperkirakan akan membahas perang Ukraina pada hari Jumat.
China dan Brazil sama-sama memosisikan diri sebagai mediator dalam konflik, terlepas dari kekhawatiran Barat bahwa kedua negara itu terlalu dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hubungan dagang
Persinggahan Lula di Shanghai menyoroti sasaran penting lain dari lawatan ini, yakni memperdalam hubungan ekonomi antara kedua negara.
China adalah pasar ekspor terbesar Brazil, mengeluarkan puluhan miliar dolar untuk membeli kedelai, daging sapi dan bijih besi.
Rousseff, mantan presiden Brazil, akan memimpin NDB, lembaga kredit multilateral yang dibangun bersama oleh Brazil, China, Rusia, India dan Afrika Selatan, hingga 2025. Setelah upacara pelantikan Roussef, Lula mengunjungi sebuah pusat penelitian yang dikelola oleh perusahaan telekomunikasi raksasa China, Huawei.
Video di akun resmi presiden Brazil di Twitter menunjukkan Lula disambut para musisi berbusana tradisional yang memainkan alat musik klasik China.
Pemimpin Huawei kemudian mengantar Lula melihat-lihat eksibisi yang memamerkan kehadiran perusahaan itu yang luas di Brazil, kontras dengan AS, di mana perusahaan-perusahaan praktis dilarang berbisnis dengan Huawei.
Lula juga dijadwalkan bertemu pimpinan perusahaan pembuat mobil listrik terbesar China, BYD, yang pada Oktober lalu mengatakan berencana untuk mendirikan pabrik manufaktur kendaraannya di Bahia, Brasil Utara, setelah Ford Motors menutup pabriknya di sana.
Perusahaan tersebut telah membuat bus dan mobil listrik untuk pasar Amerika Latin di Brazil.
Memuluskan hubungan
Kembali berkuasa pada Januari lalu setelah memimpin Brazil dari 2003 hingga 2010, Lula ingin memuluskan hubungan dengan China, setelah hubungan kedua negara memburuk di bawah pemerintahan Bolsonaro. Ia semula dijadwalkan melakukan lawatan ini pada akhir Maret tetapi terpaksa menundanya karena sakit pneumonia.
Sekitar 40 pejabat tinggi mendampinginya dalam lawatan kali ini, termasuk di antaranya para menteri kabinet, gubernur dan anggota Kongres.
Dalam tindakan penyeimbangan yang rumit, ia juga mengupayakan hubungan yang lebih erat dengan AS, mitra dagang terbesar kedua Brazil. Lawatannya kali ini berlangsung setelah pertemuan dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih pada Februari lalu. [uh/ab]
Forum