Keputusan Presiden China Xi Jinping untuk menolak undangan yang kabarnya untuk menghadiri parade militer di Korea Utara dan perayaan memperingati 70 tahun berdirinya negara yang mengucilkan diri itu, mungkin membantunya menghindari masalah dalam berbagai bidang.
Apabila Xi menghadiri acara tersebut akhir pekan ini, sebagaimana yang dispekulasikan secara luas di media Korea Selatan, para analis menyatakan hal itu bukan hanya menambah perasaan frustrasi Washington mengingat kurangnya kemajuan yang mengarah pada denuklirisasi di Semenanjung Korea, tetapi juga dapat memperuncing ketegangan terkait masalah perdagangan Amerika-China.
Dan apabila pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menggelar perangkat militer barunya seperti yang diperkirakan sebagian kalangan – khususnya senjata penghancur massal seperti rudal balistik antarbenua (ICBM) – kehadiran Xi juga dapat mengirim pesan lainnya.
Kehadiran Xi di podium, berdiri berdampingan dengan Kim Jong dalam keadaan seperti itu mungkin sangat tidak pantas, kata Zhao Tong, peneliti dari Carnegie-Tsinghua Center for Global Policy. "Itu juga bisa ditafsirkan bahwa China secara tidak langsung mengakui status nuklir Korea Utara.”
Sun Yun adalah direktur bersama program Asia Timur dan direktur program China di lembaga riset Stimson Center yang berbasis diWashington. Ia mengatakan kekhawatiran yang muncul mencakup perangkat militer yang akan diperagakan pada hari Minggu, sewaktu Pyongyang merayakan hari jadinya, dan ketegangan akibat masalah perdagangan yang meningkat.
Alasan praktis lainnya, ujar Sun Yun, apabila Xi ke Korea Utara, kunjungan itu akan berlangsung pada penghujung pekan yang sibuk baginya.
Sejak akhir pekan yang lalu hingga Kamis, Xi sibuk mengadakan pertemuan dengan sederetan pemimpin Afrika. Beijing juga menjadi tuan rumah Forum mengenai Kerjasama China-Afrika pada hari Senin dan Selasa. Sun mengatakan Xi kemungkinan besar akan ke Pyongyang, kemungkinan pada waktu situasi telah berubah. [uh]