PM sementara Haiti Claude Joseph meminta rakyat tenang setelah Presiden Jovenel Moïse tewas tertembak semalam dalam serangan terhadap kediaman pribadinya.
Dalam pernyataan hari Rabu (7/7), Joseph mengatakan sekelompok orang tak dikenal yang menyerang kediaman presiden di pinggiran ibu kota, Port-au-Prince, bertanggung jawab atas pembunuhan itu yang ia sebut “tindakan kebencian, tidak manusiawi dan barbar.”
Dalam wawancara dengan sebuah stasiun radio di Port-au-Prince hari Rabu, Joseph mengatakan para penyerang adalah “orang-orang asing.” Ia mengatakan sebagian anggota kelompok itu berbicara dalam bahasa Spanyol.
Ia juga mengatakan istri Moïse, Martine, cedera dan dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. “Istri presiden hidup dan sedang dirawat,” kata Joseph mengukuhkan hal itu kepada stasiun radio lokal Magik 9.
Joseph mengatakan kepolisian nasional mengendalikan situasi sekarang ini dan bahwa telah diambil langkah-langkah untuk “melindungi negara.” Ia berjanji untuk memastikan kelangsungan pemerintahan seraya menambahkan bahwa “kita adalah negara demokrasi.”
Joseph mengatakan ia telah bertemu para pejabat dari Kepolisian Nasional dan bahwa ia berencana menyampaikan pidato untuk rakyat hari Rabu.
AS “sedang menilai” serangan itu dan Presiden AS Joe Biden akan diberi pengarahan mengenai situasi di Haiti, kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki kepada stasiun televisi MSNBC.
Haiti sedang mengalami instabilitas dan perpecahan politik selain meningkatnya kekerasan oleh geng penjahat.
Pekan lalu di Port-au-Prince, pemimpin geng Jimmy Cherisier, yang dikenal dengan julukan Barbeque, turun ke jalan untuk memprotes pemerintahan Moïse, dengan memintanya untuk mengundurkan diri.
“Jovenel (Moïse) harus pergi!” kata Cherisier kepada wartawan dalam protes itu. “Sekelompok orang baru perlu memimpin negara ini dan kita harus duduk bersama, mengadakan dialog nasional agar kita dapat mendefinisikan kembali negara ini.” [uh/ab]