Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang saat ini menghadari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Rusia, telah memerintahkan kepada Kepolisian untuk bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan aparat terkait, untuk mengejar dua pria misterius yang melarikan diri sesaat sebelum bom meledak di Beji, Depok pada Minggu (9/9) dinihari.
Presiden juga meminta semua korban ledakan di Depok dirawat sebaik-baiknya, ujar Djoko, termasuk terduga pelaku yang tengah dirawat di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.
“Bapak Presiden telah memberikan arahan agar melakukan pengejaran kepada yang melarikan diri dari tempat kejadian. Dan itu sedang dilakukan oleh Densus 88, Mabes Polri, BNPT dan aparat intelijen. Lalu, bagi yang dirawat, apakah itu korban yang menjadi pelaku ataupun siapapu yang ada di situ agar dilakukan perawatan sebaik-baiknya,” ujar Djoko pada Minggu.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengingatkan aksi teror bom masih akan terus berlangsung.
“Berkaitan dengan rangkaian kegiatan teroris belakangan ini, sebetulnya komunitas intelijen baik itu Badan Intelijen Negara, Kepolisian, BNPT dan komando teritorial di daerah selalu bekerjasama untuk melakukan upaya-upaya pendeteksian secara dini. Dengan terjadinya peristiwa Beji, BIN mengingatkan, kejadian ini tidak akan berakhir disini. Ini pasti akan terus ada gulirannya,” ujar Marciano.
Meski demikian, Djoko memastikan tidak menaikkan status keamanan di Jakarta.
“Sementara ini tidak ada peningkatan status. Tapi bukan berarti aparat tidak bekerja. Jadi aparat tidak harus bekerja dengan menenteng senjata kemana-mana. Tapi densus, aparat intelijen, BNPT, senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan menangkap sinyal, menelusuri, membuntuti, bahkan bisa saja mereka ditanam di suatu tempat, sehingga status tidak kita tingkatkan untuk keamanan ibukota ini,” ujarnya.
Sebuah ledakan bom terjadi di sebuah rumah kontrakan di Jl. Nusantara, Beji, Depok, Jawa Barat, mengakibatkan empat orang terluka. Satu diantaranya diduga adalah buronan teror bom di Tambora, Jakarta. Sementara itu, ada dua orang yang melarikan diri dari lokasi kejadian sesaat setelah bom meledak.
Djoko menjelaskan, rumah kontrakan tempat bom meledak itu berkedok sebuah kantor yayasan yatim piatu. Dari analisa sementara, bom itu meledak saat dirakit. Dari tempat kejadian perkara polisi menemukan senjata api, peluru, dan beberapa bahan untuk merakit bom diantaranya detonator.
Djoko mengatakan bahwa dari tempat kejadian diperoleh beberapa barang bukti antara lain tiga buah granat, satu pucuk senjata baretta dengan beberapa peluru, dua pucuk senjata enggran (sejenis senjata serbu) tapi masih dalam bentuk rangkaian, beberapa puluh butir peluru, pipa peredam, peralatan switching untuk merangkai bom, beberapa buah pipa paralon yang diperkirakan sebagai tempat bom, beberapa bahan yang bisa dipakai untuk bom, serta satu unit detonator.
Pengamat teroris Noor Huda Ismail mengatakan kelompok baru ini adalah perkawinan dua kelompok yaitu kelompok yang suka mengkafirkan orang dan faksi Abu Umar yang memiliki keahlian yang bagus di bidang persenjataan dan sangat anti aparat.
“Faksi pertama merujuk pada pemikiran Aman Abdurrahman yang mengedepankan konsep tauhid wal jihad, yang menganggap institusi negara khususnya polisi adalah toghut dan layak diserang. Faksi kedua adalah faksinya Abu Umar yang memiliki keahlian militer yang bagus. Nah, anak-anak muda ini memiliki ideologi yang sangat anti aparat tapi juga memiliki pengetahuan militer yang sangat bagus,” ujar Noor.
Proses perakitan bom di kawasan Beji Depok ini sebelumnya pernah berlangsung beberapa minggu lalu di kawasan Tambora Jakarta Barat. Satu orang dinyatakan sebagai buron atas nama Toriq yang diduga juga terkait dengan serangkaian teror bersenjata di Solo.
Presiden juga meminta semua korban ledakan di Depok dirawat sebaik-baiknya, ujar Djoko, termasuk terduga pelaku yang tengah dirawat di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.
“Bapak Presiden telah memberikan arahan agar melakukan pengejaran kepada yang melarikan diri dari tempat kejadian. Dan itu sedang dilakukan oleh Densus 88, Mabes Polri, BNPT dan aparat intelijen. Lalu, bagi yang dirawat, apakah itu korban yang menjadi pelaku ataupun siapapu yang ada di situ agar dilakukan perawatan sebaik-baiknya,” ujar Djoko pada Minggu.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengingatkan aksi teror bom masih akan terus berlangsung.
“Berkaitan dengan rangkaian kegiatan teroris belakangan ini, sebetulnya komunitas intelijen baik itu Badan Intelijen Negara, Kepolisian, BNPT dan komando teritorial di daerah selalu bekerjasama untuk melakukan upaya-upaya pendeteksian secara dini. Dengan terjadinya peristiwa Beji, BIN mengingatkan, kejadian ini tidak akan berakhir disini. Ini pasti akan terus ada gulirannya,” ujar Marciano.
Meski demikian, Djoko memastikan tidak menaikkan status keamanan di Jakarta.
“Sementara ini tidak ada peningkatan status. Tapi bukan berarti aparat tidak bekerja. Jadi aparat tidak harus bekerja dengan menenteng senjata kemana-mana. Tapi densus, aparat intelijen, BNPT, senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan menangkap sinyal, menelusuri, membuntuti, bahkan bisa saja mereka ditanam di suatu tempat, sehingga status tidak kita tingkatkan untuk keamanan ibukota ini,” ujarnya.
Sebuah ledakan bom terjadi di sebuah rumah kontrakan di Jl. Nusantara, Beji, Depok, Jawa Barat, mengakibatkan empat orang terluka. Satu diantaranya diduga adalah buronan teror bom di Tambora, Jakarta. Sementara itu, ada dua orang yang melarikan diri dari lokasi kejadian sesaat setelah bom meledak.
Djoko menjelaskan, rumah kontrakan tempat bom meledak itu berkedok sebuah kantor yayasan yatim piatu. Dari analisa sementara, bom itu meledak saat dirakit. Dari tempat kejadian perkara polisi menemukan senjata api, peluru, dan beberapa bahan untuk merakit bom diantaranya detonator.
Djoko mengatakan bahwa dari tempat kejadian diperoleh beberapa barang bukti antara lain tiga buah granat, satu pucuk senjata baretta dengan beberapa peluru, dua pucuk senjata enggran (sejenis senjata serbu) tapi masih dalam bentuk rangkaian, beberapa puluh butir peluru, pipa peredam, peralatan switching untuk merangkai bom, beberapa buah pipa paralon yang diperkirakan sebagai tempat bom, beberapa bahan yang bisa dipakai untuk bom, serta satu unit detonator.
Pengamat teroris Noor Huda Ismail mengatakan kelompok baru ini adalah perkawinan dua kelompok yaitu kelompok yang suka mengkafirkan orang dan faksi Abu Umar yang memiliki keahlian yang bagus di bidang persenjataan dan sangat anti aparat.
“Faksi pertama merujuk pada pemikiran Aman Abdurrahman yang mengedepankan konsep tauhid wal jihad, yang menganggap institusi negara khususnya polisi adalah toghut dan layak diserang. Faksi kedua adalah faksinya Abu Umar yang memiliki keahlian militer yang bagus. Nah, anak-anak muda ini memiliki ideologi yang sangat anti aparat tapi juga memiliki pengetahuan militer yang sangat bagus,” ujar Noor.
Proses perakitan bom di kawasan Beji Depok ini sebelumnya pernah berlangsung beberapa minggu lalu di kawasan Tambora Jakarta Barat. Satu orang dinyatakan sebagai buron atas nama Toriq yang diduga juga terkait dengan serangkaian teror bersenjata di Solo.