Presiden Iran Ebrahim Raisi, pada Selasa (27/12), mengatakan upaya musuh-musuh bangsa – merujuk pada Amerika Serikat dan sekutunya – yang berupaya menekan Iran dalam serangkaian demonstrasi anti-pemerintah telah gagal.
Raisi menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah upacara di Teheran untuk memperingati pemakaman yang dilangsungkan negara bagi 400 tentara yang tewas dalam Perang Iran-Irak tahun 1980.
Dalam kesempatan itu dilangsungkan pula perpisahan terakhir pada 200 tentara yang mayatnya ditemukan baru-baru ini di medan pertempuran di sepanjang perbatasan Iran-Irak. Pemakaman akan diadakan di seluruh kota di Iran. Tidak ada satu mayat tentara pun yang telah diidentifikasi, dan mayat mereka dimakamkan sebagai “martir tidak dikenal” dalam sebuah upacara pemakaman massal.
Dalam upacara di Teheran, Raisi mengatakan “musuh mengatakan mereka memberlakukan tekanan dan sanksi paling tegas dalam sejarah terharap Iran, tetapi hari ini saya secara resmi ingin menegaskan bahwa seluruh tekanan terhadap Republik Islam Iran telah gagal.”
Iran telah diguncang oleh demonstrasi massal sejak pertengahan September lalu pasca kematian Mahsa Amini, perempuan Kurdi-Iran berusia 22 tahun yang meninggal tiga hari setelah ditahan polisi moral karena dinilai tidak mengenakan jilbab secara benar.
Demonstrasi itu dengan cepat bergulir menjadi seruan untuk menggulingkan pemerintahan teokrasi Iran, yang didirikan setelah Revolusi Islam tahun 1979, menandai salah satu tantangan terbesar terhadap pemerintah Iran dalam empat puluh tahun.
Pihak berwenang Iran menyalahkan musuh-musuh asing sebagai pemicu demonstrasi itu, termasuk Amerika Serikat dan Israel.
Menurut kelompok yang memantau dengan ketat penangkapan para aktivis di Iran, Human Rights Activist in Iran, sedikitnya 507 demonstran telah tewas dan lebih dari 18.500 orang ditangkap dalam rangkaian aksi protes yang berlangsung.
Pemerintah Iran tidak mengeluarkan data tentang berapa banyak yang telah ditangkap atau tewas. [em/jm]
Forum