Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 21 Mei mendatang akan menjadi pemimpin dunia kedua yang bertemu langsung dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih, menandai kunjungan terakhirnya ke Amerika Serikat sekaligus memenuhi janji kampanye sebelum masa jabatannya berakhir.
Sejumlah pembicaraan antara kedua pemimpin datang hanya beberapa minggu setelah pemerintahan Biden menyelesaikan tinjauan selama berbulan-bulan terhadap kebijakan Korea Utara. Itu menandakan penyimpangan dari pemerintahan sebelumnya dengan menerapkan "pendekatan praktis dan terkalibrasi," kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki.
Pergeseran retorika – yang menyimpang dari strategi kesabaran era Obama sambil menahan diri dalam kesepakatan yang mencolok - telah memberikan "ketenangan" ketika Moon dan Biden bersiap untuk terlibat dalam beberapa pembicaraan, kata Jean Lee, direktur program Korea di Wilson Center di Washington, DC.
Moon menyambut pendekatan terbuka itu dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional menandai peringatan empat tahun pemerintahannya hari Senin lalu. Seruan untuk bertindak bagi pemulihan dialog antar-Korea di KTT mendatang, Presiden Korea Selatan itu berjanji untuk melakukan segala sesuatu untuk "memulai kembali perdamaian."
"Saya beranggapan sisa satu tahun masa jabatan ini sebagai kesempatan terakhir bergerak dari perdamaian yang belum terwujud mengarah pada perdamaian yang tidak bisa diubah," Moon menegaskan lebih lanjut.
Korea Utara diharapkan menjadi agenda utama pertemuan itu.
Sementara kedua pemimpin telah saling bertekad untuk mencapai tujuan akhir, yaitu denuklirisasi seutuhnya di Semenanjung Korea, para ahli berpandangan pendekatan bertahap Biden itu berpotensi membuat Moon frustrasi. Pasalnya, Presiden Korsel itu hanya punya waktu kurang dari satu tahun untuk menindaklanjuti tujuan yang ia janjikan, yaitu mengamankan rezim perdamaian.
Meski sedikit perbedaan terjadi dalam rentang waktu tersebut, mempertahankan aliansi antara AS dan Republik Korea akan tetap menjadi prioritas utama, kata Kim Heung-kyu, dosen ilmu politik di Universitas Ajou sekaligus direktur Institut Kebijakan China.
KTT Moon-Biden akan menandai pertemuan langsung Biden yang kedua kalinya sejak menjabat pada Januari 2021. Pertemuan pertama secara langsung juga dengan pemimpin negara Asia, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Itu dinilai sebagai indikator kuat atas komitmen pemerintahan Biden yang lebih luas dalam mengupayakan keamanan perdamaian di seluruh kawasan Indo-Pasifik sekaligus memperkuat aliansi keamanan trilateral AS-Republik Korea-Jepang, dan bersiap untuk mengimbangi pengaruh China di kawasan yang semakin meningkat. [mg/ft]