Presiden Myanmar Thein Sein telah bertemu dengan para perunding dari sejumlah kelompok pemberontak etnis, dan mendesak mereka untuk menandatangani kesepakatan gencatan senjata nasional sebelum pemilu dilangsungkan November mendatang.
Pertemuan hari Rabu (9/9) di ibukota administratif, Naypyidaw, merupakan penampilan pertama presiden di hadapan publik sejak awal masa kampanye untuk pemilu 8 November dimulai.
Mantan jenderal itu bertemu dengan perwakilan lima dari belasan kelompok pemberontak yang telah berpartisipasi dalam perundingan itu selama hampir dua tahun.
Ia mengatakan, kesepakatan gencatan senjata berskala nasional merupakan sebuah keharusan jika negara itu ingin melakukan reformasi demokrasi lebih jauh.
Pemerintah dan kelompok-kelompok pemberontak berselisih pendapat mengenai siapa yang harus menandatangani gencatan senjata itu. Banyak pemberontak ingin menyertakan beberapa kelompok yang tidak diakui, yang saat ini masih berperang melawan pemerintah.
Mencapai kesepakatan dalam perundingan itu akan merupakan kemenangan politik bagi Thein Sein. Ia tidak mencalonkan diri dalam pemilu mendatang, namun ia bisa dipilih sebagai presiden oleh parlemen. Pemimpim oposisi Aung San Suu Kyi bulan ini menyerukan kepada para pemimpin pemberontak untuk tidak tergesa mencapai kesepakatan, dengan mengatakan bahwa isu paling penting adalah memastikan stabilitas di masa depan.