Presiden Iran Ebrahim Raisi menegaskan pada Sabtu (2/4) bahwa jilbab adalah kewajiban dalam hukum Iran. Ia memberi pernyataan itu setelah sebuah video viral menunjukkan seorang pria melemparkan yogurt ke dua perempuan tanpa jilbab di sebuah toko dekat kota suci bagi Muslim Syiah.
Semakin banyak perempuan Iran yang berani menentang otoritas dengan menanggalkan jilbabnya menyusul kematian seorang perempuan Kurdi berusia 22 tahun pada September dalam tahanan polisi moral Iran karena diduga melanggar aturan hijab. Sejak itu, negara tersebut diguncang oleh serangkaian demonstrasi.
Otoritas kehakiman di sebuah kota dekat timur laut Kota Masyhad mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pria yang terlihat menuangkan yogurt ke atas kepala dua perempuan tak berjilbab itu, yaitu seorang ibu dan putrinya. Mereka juga menerima surat perintah penangkapan karena melanggar aturan ketat Iran terkait berpakaian untuk perempuan, lapor media pemerintah.
Dalam sambutan langsung di televisi negara, Raisi mengatakan: "Jika beberapa orang mengatakan mereka tidak percaya (pada jilbab)... ada baiknya menggunakan persuasi... Tapi yang penting ada persyaratan hukumnya... dan jilbab saat ini menjadi masalah hukum."
Kepala Kehakiman Gholamhossein Mohseni Ejei sebelumnya mengancam akan mengadili "tanpa belas kasihan" perempuan yang muncul di depan umum tanpa mengenakan hijab, lapor media Iran.
Berdasarkan Syariah Islam Iran, yang diberlakukan setelah revolusi 1979, perempuan diwajibkan untuk menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian panjang yang longgar untuk menyamarkan bentuk tubuh mereka. Pelanggar menghadapi teguran publik, denda atau penangkapan. [ah/ft]
Forum