Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Minggu (20/10), dialog perdana dalam dua setengah tahun terakhir. Melalui pembicaraan tersebut, Vucic diharapkan dapat memberikan keputusan terkait partisipasinya dalam KTT BRICS pada minggu depan.
Meski menjadi kandidat anggota Uni Eropa, Serbia menolak untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan memilih untuk tetap menjaga hubungan yang dekat dan bersahabat.
Namun, sejak invasi Ukraina, Serbia mengecam pelanggaran integritas teritorial Ukraina, sementara Vucic tetap melakukan pembicaraan bilateral terbatas dengan Putin.
"Saya secara khusus berterima kasih kepada Presiden Putin karena memastikan bahwa Rusia akan memasok gas dalam volume yang cukup untuk Serbia pada musim dingin ini," kata Vucic yang dipublikasikan lewat video media sosial.
Serbia sangat bergantung pada pasokan gas dari Rusia ketika pasukan Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Sejak itu, mengikuti jejak banyak negara Uni Eropa, Serbia berupaya mencari sumber pasokan alternatif meski masih bergantung pada Moskow.
Dalam pertemuan langsung pertamanya dengan Putin sejak Mei 2022, Vucic menegaskan bahwa Serbia tetap pada keputusannya untuk tidak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia terkait konflik Ukraina.
"Serbia tidak akan menjatuhkan sanksi kepada Federasi Rusia. Itu tidak akan berubah," kata Vucic.
Percakapan tersebut berlangsung saat Rusia menunggu respons resmi atas undangan Putin pada September untuk Vucic menghadiri KTT BRICS di Kazan, yang akan digelar dari 22-24 Oktober.
"Jika saya menyatakan akan pergi ke Kazan, itu berarti menandakan berakhirnya jalur Serbia menuju Eropa. Di sisi lain, jika saya mengatakan yang berbeda, mereka akan menganggap saya telah mengkhianati Rusia," kata Vucic awal minggu ini, sambil menambahkan bahwa ia akan mengumumkan keputusan mengenai perjalanan tersebut pada Senin (21/10). [ah]
Forum