JAKARTA/SURABAYA/SOLO —
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah Indonesia dan pribadi menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden Afrika Selatan dan pejuang anti-apartheid, Nelson Mandela.
Juru bicara Presiden bidang luar negeri Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Yudhoyono mengungkapkan kekagumannya kepada Mandela dengan menyebutnya sebagai tokoh rekonsiliator dunia.
“Tadi Bapak menyampaikan bahwa Mandela adalah satu sosok tokoh besar dunia yang sangat dikaguminya. Secara khusus disebutkan bahwa Mandela telah melalui masa sulit selama pemerintahan rezim apartheid. Namun kemudian setelah dilepaskan kemudian Afrika Selatan mendapatkan kemerdekaan, Nelson Mandela memimpin dengan menggunakan hatinya,” ujarnya, Jumat (6/12).
“Tidak ada rasa dendam karena meyakini bahwa di masa depan yang paling dipentingkan adalah memaafkan atas kesalahan di masa lalu. Sehingga bangsa Afrika Selatan dapat maju sebagai bangsa yang besar. Mandela dinilai oleh bapak Presiden sebagai seorang tokoh rekonsiliator yang sangat menonjol.”
Belum ada rencana dari Presiden terkait menghadiri pemakaman Nelson Mandela, namun pemerintah Indonesia menurut Faizasyah untuk saat ini tengah mempersiapkan surat duka cita dari Presiden atas nama pemerintah Indonesia untuk disampaikan kepada Pemerintah Afrika Selatan.
Sebelumnya, melalui pernyataan sikap resminya Menteri luar Negeri Marty Natalegawa menyampaikan ungkapan belasungkawa Pemerintah Indonesia atas meninggalnya Nelson Mandela. Marty dalam pernyataan resminya yang diterima menyebut Mandela sebagai pejuang yang teguh menentang rasisme dan kolonialisme.
Rohaniawan yang juga aktivis kemanusiaan, Romo Benny Susetyo, berharap bangsa Indonesia, khususnya tokoh-tokoh dan pemimpin masyarakat harus banyak belajar dari perjuangan Nelson Mandela yang gigih memperjuangkan demokratisasi tanpa kekerasan.
“Bangsa ini sebenarnya harus belajar dari Nelson Mandela untuk membangun rekonsiliasi. Hingga saat ini, tali kekerasan itu tidak pernah diputus. Bahkan intoleransi selama 15 tahun ini meningkat. Maka sebenarnya para pemimpin kita harus belajar dari Mandela, yaitu dengan berani mengembalikan rekonsiliasi itu menjadi spirit dari demokrasi itu,” ujarnya.
Sama dengan Benny, aktivis hak asasi manusia di Surabaya mengatakan sosok Mandela harus menjadi contoh bagi para pemimpin dan seluruh masyarakat Indonesia, agar tetap mengedepankan upaya mengungkap kebenaran untuk mewujudkan perdamaian.
“Tidak akan ada rekonsiliasi tanpa pengungkapan kebenaran, jadi saya pikir pemerintah kita harus mencontoh dari apa yang dilakukan. Walaupun kondisi sosio-kultur masyarakat Indonesia dan Afrika (Selatan) cukup berbeda, tapi ini contoh terbaik bagi seorang pemimpin yang dulunya ditindas, dipenjara dan lain sebagainya, tapi dia mampu memaafkan dan mengungkap kebenaran masa lalu yang terjadi pada dirinya itu,” ujar Fatkhul Khoir dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya.
Robby Darmawan dari Lembaga Pusham Surabaya menambahkan, semangat Nelson Mandela dalam memperjuangkan hak asasi manusia serta gerakan anti diskriminasi, harus menjadi inspirasi para pemimpin dan generasi muda Indonesia untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang baik.
Di Solo, Jawa Tengah, sekelompok warga menggelar aksi duka cita terhadap Mandela, dengan mengusung karangan bunga bergambar Mandela dan melantunkan doa untuknya.
Karangan bunga itu diusung sepanjang Jl. Slamet Riyadi Solo. Warga juga menyeru para pejabat negara Indonesia mencontoh sikap dan perilaku mendiang Nelson Mandela yang hidup sederhana dan selalu memakai baju Batik.
“Kami warga di Solo ikut merasakan suasana duka warga Afrika atas kematian Nelson Mandela. Kami juga memiliki ikatan batin dengan sosok Mandela. Selama ini hanya beliau dari berbagai tokoh dunia yang berani tampil sederhana dengan busana batiknya. Beliau secara tak langsung ikut mempromosikan batik sebagai khas Indonesia,” ujarnya.
Juru bicara Presiden bidang luar negeri Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Yudhoyono mengungkapkan kekagumannya kepada Mandela dengan menyebutnya sebagai tokoh rekonsiliator dunia.
“Tadi Bapak menyampaikan bahwa Mandela adalah satu sosok tokoh besar dunia yang sangat dikaguminya. Secara khusus disebutkan bahwa Mandela telah melalui masa sulit selama pemerintahan rezim apartheid. Namun kemudian setelah dilepaskan kemudian Afrika Selatan mendapatkan kemerdekaan, Nelson Mandela memimpin dengan menggunakan hatinya,” ujarnya, Jumat (6/12).
“Tidak ada rasa dendam karena meyakini bahwa di masa depan yang paling dipentingkan adalah memaafkan atas kesalahan di masa lalu. Sehingga bangsa Afrika Selatan dapat maju sebagai bangsa yang besar. Mandela dinilai oleh bapak Presiden sebagai seorang tokoh rekonsiliator yang sangat menonjol.”
Belum ada rencana dari Presiden terkait menghadiri pemakaman Nelson Mandela, namun pemerintah Indonesia menurut Faizasyah untuk saat ini tengah mempersiapkan surat duka cita dari Presiden atas nama pemerintah Indonesia untuk disampaikan kepada Pemerintah Afrika Selatan.
Sebelumnya, melalui pernyataan sikap resminya Menteri luar Negeri Marty Natalegawa menyampaikan ungkapan belasungkawa Pemerintah Indonesia atas meninggalnya Nelson Mandela. Marty dalam pernyataan resminya yang diterima menyebut Mandela sebagai pejuang yang teguh menentang rasisme dan kolonialisme.
Rohaniawan yang juga aktivis kemanusiaan, Romo Benny Susetyo, berharap bangsa Indonesia, khususnya tokoh-tokoh dan pemimpin masyarakat harus banyak belajar dari perjuangan Nelson Mandela yang gigih memperjuangkan demokratisasi tanpa kekerasan.
“Bangsa ini sebenarnya harus belajar dari Nelson Mandela untuk membangun rekonsiliasi. Hingga saat ini, tali kekerasan itu tidak pernah diputus. Bahkan intoleransi selama 15 tahun ini meningkat. Maka sebenarnya para pemimpin kita harus belajar dari Mandela, yaitu dengan berani mengembalikan rekonsiliasi itu menjadi spirit dari demokrasi itu,” ujarnya.
Sama dengan Benny, aktivis hak asasi manusia di Surabaya mengatakan sosok Mandela harus menjadi contoh bagi para pemimpin dan seluruh masyarakat Indonesia, agar tetap mengedepankan upaya mengungkap kebenaran untuk mewujudkan perdamaian.
“Tidak akan ada rekonsiliasi tanpa pengungkapan kebenaran, jadi saya pikir pemerintah kita harus mencontoh dari apa yang dilakukan. Walaupun kondisi sosio-kultur masyarakat Indonesia dan Afrika (Selatan) cukup berbeda, tapi ini contoh terbaik bagi seorang pemimpin yang dulunya ditindas, dipenjara dan lain sebagainya, tapi dia mampu memaafkan dan mengungkap kebenaran masa lalu yang terjadi pada dirinya itu,” ujar Fatkhul Khoir dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya.
Robby Darmawan dari Lembaga Pusham Surabaya menambahkan, semangat Nelson Mandela dalam memperjuangkan hak asasi manusia serta gerakan anti diskriminasi, harus menjadi inspirasi para pemimpin dan generasi muda Indonesia untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang baik.
Di Solo, Jawa Tengah, sekelompok warga menggelar aksi duka cita terhadap Mandela, dengan mengusung karangan bunga bergambar Mandela dan melantunkan doa untuknya.
Karangan bunga itu diusung sepanjang Jl. Slamet Riyadi Solo. Warga juga menyeru para pejabat negara Indonesia mencontoh sikap dan perilaku mendiang Nelson Mandela yang hidup sederhana dan selalu memakai baju Batik.
“Kami warga di Solo ikut merasakan suasana duka warga Afrika atas kematian Nelson Mandela. Kami juga memiliki ikatan batin dengan sosok Mandela. Selama ini hanya beliau dari berbagai tokoh dunia yang berani tampil sederhana dengan busana batiknya. Beliau secara tak langsung ikut mempromosikan batik sebagai khas Indonesia,” ujarnya.