Kelompok oposisi utama Yaman mengatakan, Presiden Ali Abdullah Saleh menolak menandatangani perjanjian supaya dia mengundurkan diri untuk mengakhiri gejolak di Yaman.
Pejabat-pejabat oposisi mengatakan hari Sabtu bahwa ketua Dewan Kerjasama Teluk yang beranggota enam negara yang menjadi perantara perjanjian itu telah meninggalkan Yaman tanpa tandatangan presiden.
Mereka mengatakan Presiden Saleh tak mau menandatangani perjanjian itu dalam kapasitasnya sebagai presiden, seperti tertuang dalam dokumen itu. Kantor berita Reuters mengatakan, Saleh hanya mau menandatangani rencana itu dalam kapasitasnya sebagai ketua partai.
Pejabat-pejabat Dewan Kerjasama Teluk pergi ke Yaman hari Sabtu untuk mengurus tahap final perjanjian itu, sebelum penandatanganan resmi yang direncanakan di Arab Saudi hari Senin.
Rencana itu minta Presiden Saleh untuk menyerahkan kekuasaan kepada seorang wakil dan mundur dalam 30 hari sejak hari penandatanganan. Rencana itu membentuk sebuah pemerintahan kesatuan yang memasukkan anggota-anggota oposisi. Perjanjian itu dibuat untuk mengakhiri gejolak yang menelan korban banyak selama berminggu-minggu yang pecah dari aksi protes oposisi yang menyerukan Presiden Saleh segera mundur.
Perjanjian itu memecah-belah anggota-anggota oposisi antara mereka yang mendukung dan mereka yang mengatakan rencana itu belum maju cukup jauh. Banyak pemrotes keberatan dengan sebuah ketetapan dalam perjanjian itu yang memberi kekebalan hukum kepada presiden dan keluarganya.
Masih pada hari Sabtu, para saksi di Yaman mengatakan, tentara melepaskan tembakan terhadap demonstran anti-pemerihtah di kota Aden Yaman selatan, melukai sedikitnya 10 orang.
Para saksi mengatakan kepada Associated Press, pasukan Yaman dengan senjata berat mengusir ratusan demonstran anti-pemerintah keluar lapangan di daerah Mnsura, di mana mereka telah berkemah berbulan-bulan, Sabtu, dan menimbulkan demonstrasi.