Sesuai perkiraan pemilu presiden Indonesia berlangsung ketat tetapi sedikit yang memperkirakan bahwa kedua kandidat akan sama-sama mengklaim kemenangan.
Hanya beberapa jam setelah TPS-TPS ditutup di negara demokrasi ketiga terbesar di dunia itu, calon unggulan Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan pidato yang disiarkan televisi nasional, menyatakan dirinya sebagai pemenang pemilu.
Dalam waktu kurang dari satu jam, pesaingnya Prabowo Subianto juga mengumumkan dirinya sebagai pemenang lewat sebuah pidato. Kedua kandidat mendasarkan klaim mereka pada hasil penghitungan cepat yang saling bertolak-belakang. Penghitungan cepat adalah penghitungan suara dengan mengambil perwakilan suara dari beberapa TPS setelah ditutup.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Rabu malam menyerukan ketenangan dan meminta masyarakat untuk tidak melakukan pertemuan massal dan memanggil kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden ke kediamannya.
Melalui Twitter, SBY mengatakan telah menemui kedua capres dan menghimbau agar mereka tidak menggerakkan pengikut mereka untuk melakukan perayaan kemenangan sebelum hasil resmi diumumkan tanggal 22 Juli.
Beberapa analis mengatakan sejumlah hasil penghitungan cepat yang dilakukan oleh lembaga riset yang terkemuka menunjukkan bahwa Joko Widodo memenangkan pemilu, tetapi lembaga riset yang kurang kredibel menempatkan Prabowo sebagai pemenangnya.
Namun Prabowo – mantan jendral dan menantu mantan presiden Soeharto – menolak untuk mengakui kekalahannya, dengan mengatakan akan menunggu hingga hasil resmi tanggal 22 Juli.
Menurut analis politik Aleksius Jemadu, tampaknya semakin sulit bagi Prabowo untuk terus menerus menyangkal kredibilitas sebagian besar penghitungan cepat dalam beberapa hari mendatang.
“Saya kira Prabowo tidak akan berkeras pada pernyataan yang disampaikannya kemarin. Hal ini akan berubah,” ujar Jemadu.
Penghitungan cepat yang memenangkan Jokowi sebelumnya terbukti akurat.
Perhimpunan Survei Opini Publik (PERSEPI) hari Kamis (10/7) mengumumkan bahwa dua lembaga jajak pendapat yang menghasilkan penghitungan cepat yang saling bertolakbelakang itu akan diaudit. Kedua lembaga itu diharuskan untuk mengumumkan secara terbuka metodologi yang digunakan dalam penghitungan cepat mereka dan menjelaskan penyandang dana kedua lembaga itu.
Masih belum diketahui sampai sejauh mana Prabowo akan mempersoalkan hasil penghitungan cepat yang ada (yang memenangkan Joko Widodo), karena beberapa pihak mengatakan Prabowo mungkin akan mempermasalahkannya hingga ke tingkat Mahkamah Konstitusi.
Berbicara di sebuah TPS hari Rabu, Annie Wong – seorang pemilih di Jakarta Selatan – mengatakan setelah kontroversi yang begitu tajam ia berharap Indonesia akan menerima apapun hasilnya guna mencegah terjadinya kerusuhan.
“Pemilu ini sangat menyenangkan, setiap orang tahu siapa yang ingin mereka pilih. Ini sebenarnya hari yang baik bagi seluruh warga Indonesia. Siapapun yang terpilih sebagai presiden, saya kira harus kita dukung. Semoga dengan penghitungan ini, dengan berbagai jajak pendapat, semua akan berjalan lancar, tidak ada kerusuhan, bentrokan atau demonstrasi,” kata Wong.
Pemilu hari Rabu – upaya luar biasa yang melibatkan sekitar 190 juta pemilih di ribuan pulau – tidak sedikit pun diwarnai oleh laporan kerusuhan dan aksi kekerasan.
Tetapi kini Indonesia menanti dengan hati berdebar hasil resmi yang baru akan diumumkan 22 Juli nanti.