Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan dengan agenda utama peningkatan hubungan bilateral kedua negara khususnya di bidang investasi ekonomi.
Saat berbicara dalam "Morning Tea" bersama 450 pengusaha Korea Selatan Senin (16/5) di Seoul Korea Selatan, Presiden mengungkapkan, Indonesia mampu bertahan di tengah situasi ekonomi global sedang mengalami penurunan. Presiden memastikan, di kala pasar modal China dan Amerika Serikat turun dan harga minyak dunia jatuh, nilai rupiah Indonesia stabil dan bursa pasar modal hanya turun sedikit.
"Di kala pasar modal China dan Amerika Serikat turun dan harga minyak dunia jatuh, nilai rupiah kita stabil dan pasar modal kita hanya turun sedikit. Saya percaya di Indonesia kita sudah mencapai stabilitas ekonomi yang baik. GDP seperempat tahun pertama tahun 2016 kita sudah keluar dan saya percata di Indonesia kita sudah mencapai stabilitas ekonomi yang baik," kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga menjelaskan tentang proses reformasi ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang dilakukannya secara masif di Indonesia, yang juga ditunjang dengan implementasi 12 paket kebijakan ekonomi serta pemangkasan izin investasi dan usaha.
Presiden menyebutkan beberapa proyek infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt, 163 pelabuhan baru, 621 mil jalan tol baru, 2.024 mil rel kereta baru, sistem irigasi untuk 1 juta hektar lahan, dan 49 bendungan untuk mendukung sistem irigasi. Agar program itu berjalan mulus, lanjut presiden, diperlukan upaya reformasi ekonomi, yang meliputi deregulasi sejumlah aturan penghambat investasi di Indonesia.
"Anda bisa cek di media-media. Saya yakinkan Anda bahwa kami akan terus melakukan reformasi ekonomi, mempermudah investasi, dan keterbukaan," lanjut Presiden Jokowi.
Saat menyampaikan pidato, Jokowi sempat melontarkan kalau dia dan anaknya, Kahiyang Ayu, penggemar Korea Selatan. Presiden menunjukkan foto saat menonton konser Shinee dua tahun lalu. Tak hanya itu, saat masih menjadi pengusaha furnitur, Presiden menceritakan pernah mempekerjakan manajer pabrik berkewarganegaraan Korea.
Sebelumnya pada Minggu (15/5) Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan 1.300 warga negara Indonesia dan diaspora Indonesiadi Seoul Korea Selatan. Dalam tanya jawab dengan salah seorang warga negara Indonesia, Presiden menegaskan komitmen pemerintahan dalam mencegah korupsi dengan memperbaiki sistem kerja yang efisien dan transparan.
"Nomor satu adalah korupsi. Yang kedua adalah menciptakan lapangan kerja. Karena pengangguran di Indonesia meskipun dibanding negara lain seperti di Eropa kan diatas 25 sampan 30 persen. Kita memang 5,6 persen, tapi kalo dilihat dari total 252 juta penduduk Indonesia itu bukan angla yang kecil," lanjut Presiden Jokowi.
Presiden dalam kesempatan itu mengajak untuk tetap semangat dan tidak kalah dalam persaingan global dunia.
"Jangan kita gini lho, jangan kita ini ter-nina bobo-kan, wah ini kalah.. Lupa, bahwa mereka juga bersaing dengan kita untuk mendapatkan investasi, mendapatkan industri, mendapatkan arus uang masuk dari negara-negara lain," lanjutnyā.
Selain di bidang industri, Indonesia, kata Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri RI Edi Yusup, ingin meningkatkan kerjasama di idang pertanian, khususnya buah-buahan.
"Kita ingin mengembangkan produk-produk pertanian kita masuk ke Korea, buah-buahan misalnya itu salah satunya. Yang lainnya biasanya kita mengekspor produk mineral," kata Edi Yusuf. [aw/ab]