Presiden Amerika Barack Obama mengatakan perang melawan Negara Islam atau ISIS tidak mudah dan “akan memakan waktu.” Dia mendesak para pemimpin dunia agar berbuat lebih banyak untuk mengatasi akar penyebab ekstremisme. Pernyataan Obama itu disampaikan dalam pertemuan puncak hari Selasa (29/9) di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB.
Dengan latar belakang terus berlangsungnya serangan udara koalisi pimpinan AS terhadap ISIS, Presiden Barack Obama berbicara dalam pertemuan puncak PBB untuk menyoroti keberhasilan dan kemunduran dalam “usaha jangka panjang” melawan kelompok militan itu.
Dia mengatakan Negara Islam, atau ISIS, terus berakar di wilayah-wilayah yang menderita akibat pemerintahan yang gagal, perang saudara dan konflik sektarian.
“Sebagai konsekuensi dari kekosongan yang terjadi di banyak daerah itu, ISIS telah mampu masuk. Mereka telah menunjukkan diri mereka tangguh, dan sangat efektif menggunakan media sosial,” kata Presiden Obama.
Untuk memerangi kelompok ekstremis itu di Suriah, Obama hari Selasa mengulangi imbauannya agar dilakukan transisi politik yang tidak melibatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
“Di Suriah, seperti saya katakan kemarin, mengalahkan ISIS – saya yakin – memerlukan seorang pemimpin baru dan pemerintahan yang inklusif yang menyatakan rakyat Suriah dalam perang melawan kelompok-kelompok teroris. Ini akan merupakan proses yang rumit,” imbuh Presiden Obama.
Presiden Obama kembali mengatakan Amerika bersedia untuk bekerjasama dengan negara-negara seperti Iran dan Rusia untuk memastikan terjadinya transisi politik dan kekalahan ISIS.
Analis Daveed Gartenstein-Ross menggambarkan situasi di Suriah semakin rumit. “Amerika memimpin serangan udara. Serangan di darat cukup jelas dipimpin oleh Iran, yang tidak berkoordinasi dengan Amerika, dan sekarang upaya untuk memperkuat rezim Assad di Suriah, hal yang tidak dikehendaki oleh Amerika, sedang dilakukan oleh Rusia. Jadi ada beberapa pemain di lapangan, yang menciptakan situasi yang sangat tidak stabil,” katanya.
Presiden Obama menutup sambutannya dalam KTT untuk Melawan ISIS dan Ektremisme Kekerasan dengan imbauan bagi negara-negara untuk membangun “kemitraan sejati” dengan komunitas-komunitas Muslim, berdasarkan kepercayaan dan kerjasama untuk mencegah orang menjadi radikal.
Lambannya kemajuan dalam upaya pimpinan Amerika untuk menghancurkan kelompok teror ISIS tercermin dari kemajuan yang lamban dalam upaya untuk membendung aliran petarung asing ke zona tempur di Suriah dan Irak.
Para pejabat militer Amerika selama ini mengatakan ISIS telah menemukan cara untuk menggantikan pendukung yang tewas akibat 7.000 serangan udara koalisi dengan tingkat yang sama dengan jumlah yang terbunuh. Walaupun sebagian pendatang baru itu adalah pemula dalam seni perang gerilya dan teror, banyak lainnya telah berpengalaman.
Organisasi polisi internasional, INTERPOL, hari Rabu mengatakan database atau bank data sidik jari dan data lainnya yang diperlukan untuk membantu mengidentifikasi para pejuang asing telah bertambah menjadi 4.000 lebih. Para pejabat mengatakan saling berbagi informasi antara negara-negara anggota juga meningkat.
Para analis juga menunjuk pada tindakan-tindakan negara-negara Arab Sunni di Timur Tengah, yang sebagian di antaranya secara diam-diam telah mendukung aliran pejuang asing, dan menganggapnya sebagai kesempatan untuk menggulingkan penguasa Syiah di Suriah. [ab]