BANDUNG —
Jawa Barat memasok 70 persen produksi teh nasional, yang juga diekspor ke berbagai negara dengan kualitas premium. Sayangnya, dalam acara West Java Tea Festival, yang berlangsung pada 20-22 September di Bandung, terungkap bahwa produksi teh di Jawa Barat mulai menurun akibat berbagai faktor.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, lahan perkebunan teh saat ini terus menyusut, sebagian besar beralih fungsi menjadi lahan nonperkebunan, dan sebagian lainnya mengalami pergantian jenis tanaman. Selain itu, penurunan produktivitas teh juga disebabkan rendahnya kualitas bibit, serangan hama penyakit, dan rendahnya pendapatan petani teh rakyat.
“Penyusutan lahan perkebunan teh dari tahun ke tahun yang besarannya mencapai 1 persen sampai 2 persen, terutama terjadi pada lahan perkebunan teh rakyat. Hal ini dikarenakan adanya alih fungsi lahan ke lahan nonperkebunan atau alih komoditas ke jenis tanaman lain,” ujar Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Deddy menambahkan, di tengah menurunnya produktivitas teh nasional, permintaan akan teh dari luar negeri terhadap Indonesia saat ini justru naik dua kali lipat, karena pertumbuhan kelas menengah di China dan India yang mendorong peningkatan konsumsi teh.
“Tumbuhnya kalangan menengah di China kemudian di India, sehingga kebutuhan minum teh atau konsumsi minum teh tumbuh kembali. Sehingga belakangan ini memang harga teh naik dua kali lipat dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Jadi para petani teh dan pengusaha semangat kembali menanam teh,” ujarnya.
Berdasarkan data dari Dewan Teh Indonesia, produksi teh di Indonesia turun dari 150.000 ton/tahun menjadi 120.000 ton/tahun. Saat ini sebagian besar teh Indonesia yang memiliki kualitas bagus diekspor ke luar negeri, sementara, masyarakat Indonesia sendiri justru mengimpor teh yang kualitasnya lebih buruk daripada teh yang diekspor. Dalam setahun, Indonesia telah mengimpor 33.000 ton teh.
Salah satu upaya peningkatan produktivitas teh di Indonesia bisa dilakukan melalui promosi yang gencar. Di Bandung, upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan West Java Tea Festival, yang berlangsung dari tanggal 20 hingga 22 September ini. Seorang pengunjung asal Belanda, sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, teh asal Indonesia sangat terkenal di Belanda.
“Teh sangat populer, namun kopi lebih populer. Namun tetap saja konsumsi teh meningkat di Belanda. Banyak orang di Belanda merasa teh sangat baik untuk kesehatan,” ujar pengunjung bernama James tersebut.
Upaya peningkatan produktivitas teh saat ini tengah dilakukan melalui perbaikan lahan perkebunan. Pasalnya, selain memiliki fungsi ekonomi dan sosial sebagai pembuka lapangan pekerjaan, komoditas teh juga memiliki fungsi ekologi yang berguna bagi lingkungan. Tanaman teh dapat tumbuh di tanah dengan berbagai kemiringan, sehingga mampu mencegah longsor dan banjir.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, lahan perkebunan teh saat ini terus menyusut, sebagian besar beralih fungsi menjadi lahan nonperkebunan, dan sebagian lainnya mengalami pergantian jenis tanaman. Selain itu, penurunan produktivitas teh juga disebabkan rendahnya kualitas bibit, serangan hama penyakit, dan rendahnya pendapatan petani teh rakyat.
“Penyusutan lahan perkebunan teh dari tahun ke tahun yang besarannya mencapai 1 persen sampai 2 persen, terutama terjadi pada lahan perkebunan teh rakyat. Hal ini dikarenakan adanya alih fungsi lahan ke lahan nonperkebunan atau alih komoditas ke jenis tanaman lain,” ujar Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Deddy menambahkan, di tengah menurunnya produktivitas teh nasional, permintaan akan teh dari luar negeri terhadap Indonesia saat ini justru naik dua kali lipat, karena pertumbuhan kelas menengah di China dan India yang mendorong peningkatan konsumsi teh.
“Tumbuhnya kalangan menengah di China kemudian di India, sehingga kebutuhan minum teh atau konsumsi minum teh tumbuh kembali. Sehingga belakangan ini memang harga teh naik dua kali lipat dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Jadi para petani teh dan pengusaha semangat kembali menanam teh,” ujarnya.
Berdasarkan data dari Dewan Teh Indonesia, produksi teh di Indonesia turun dari 150.000 ton/tahun menjadi 120.000 ton/tahun. Saat ini sebagian besar teh Indonesia yang memiliki kualitas bagus diekspor ke luar negeri, sementara, masyarakat Indonesia sendiri justru mengimpor teh yang kualitasnya lebih buruk daripada teh yang diekspor. Dalam setahun, Indonesia telah mengimpor 33.000 ton teh.
Salah satu upaya peningkatan produktivitas teh di Indonesia bisa dilakukan melalui promosi yang gencar. Di Bandung, upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan West Java Tea Festival, yang berlangsung dari tanggal 20 hingga 22 September ini. Seorang pengunjung asal Belanda, sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, teh asal Indonesia sangat terkenal di Belanda.
“Teh sangat populer, namun kopi lebih populer. Namun tetap saja konsumsi teh meningkat di Belanda. Banyak orang di Belanda merasa teh sangat baik untuk kesehatan,” ujar pengunjung bernama James tersebut.
Upaya peningkatan produktivitas teh saat ini tengah dilakukan melalui perbaikan lahan perkebunan. Pasalnya, selain memiliki fungsi ekonomi dan sosial sebagai pembuka lapangan pekerjaan, komoditas teh juga memiliki fungsi ekologi yang berguna bagi lingkungan. Tanaman teh dapat tumbuh di tanah dengan berbagai kemiringan, sehingga mampu mencegah longsor dan banjir.