Keputusan pengadilan dan berbagai peristiwa lain semakin menekan pemerintah sementara itu ditengah kekerasan yang membuat setidaknya lima orang tewas dan puluhan lainnya cedera.
Masalah baru bagi Perdana Menteri Yingluck Shinawatra adalah konvoi traktor yang dikemudikan sejumlah petani menuju ibukota. Para petani itu, yang selama ini menjadi pendukung utamanya, marah karena belum dibayar untuk beras yang dibeli pemerintah lewat subsidi beras.
Sementara itu, oposisi utama Perdana Menteri Yingluck mulai menarget sejumlah bisnis yang terkait dengan keluarganya. Para demonstran koalisi anti-pemerintah diperintahkan agar memboikot produk milik bisnis keluarga Shinawatra.
Kakak Yingluck, miliarder Thaksin Shinawatra, digulingkan sebagai perdana menteri lewat kudeta tahun 2006 dan menghadapi vonis penjara karena korupsi jika ia pulang dari pengasingan di luar negeri.
Demonstrasi selama berbulan-bulan, yang kadangkala mengakibatkan korban jiwa, mulai berdampak buruk pada ekonomi negara itu. Pertumbuhan ekonomi Thailand anjlok tajam dalam kuartal ke-empat tahun lalu dan kemunduran ekonomi diperkirakan akan berlanjut tahun ini akibat gejolak politik itu.
Lembaga pemeringkat kredit Fitch memperingatkan bahwa sistem finansial Thailand semakin beresiko, sementara pemerintah bergelut untuk membayar tunggakan kepada para petani yang berang itu.
Banyak wisatawan, terutama dari China dan Jepang, membatalkan kunjungan mereka. Pan, seorang pemilik toko sepatu, mengatakan kebanyakan pembelinya datang dari Singapura dan kini penghasilannya berkurang separuh menjadi sekitar 300 dollar per hari sejak dimulainya kekacauan.
Meski sebuah pengadilan perdata telah menetapkan pihak berwenang tidak boleh menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstran, banyak pemrotes skeptis mereka tidak akan diserang.
Kekhawatiran semakin meningkat diantara pemantau internasional bahwa kebuntuan yang berlarut-larut akan membuat situasi tidak terkendali.
LSM Human Rights Watch menuduh polisi dan demonstran sama-sama melakukan berbagai pelanggaran hukum yang mengakibatkan korban tewas dan cedera.
Masalah baru bagi Perdana Menteri Yingluck Shinawatra adalah konvoi traktor yang dikemudikan sejumlah petani menuju ibukota. Para petani itu, yang selama ini menjadi pendukung utamanya, marah karena belum dibayar untuk beras yang dibeli pemerintah lewat subsidi beras.
Sementara itu, oposisi utama Perdana Menteri Yingluck mulai menarget sejumlah bisnis yang terkait dengan keluarganya. Para demonstran koalisi anti-pemerintah diperintahkan agar memboikot produk milik bisnis keluarga Shinawatra.
Kakak Yingluck, miliarder Thaksin Shinawatra, digulingkan sebagai perdana menteri lewat kudeta tahun 2006 dan menghadapi vonis penjara karena korupsi jika ia pulang dari pengasingan di luar negeri.
Demonstrasi selama berbulan-bulan, yang kadangkala mengakibatkan korban jiwa, mulai berdampak buruk pada ekonomi negara itu. Pertumbuhan ekonomi Thailand anjlok tajam dalam kuartal ke-empat tahun lalu dan kemunduran ekonomi diperkirakan akan berlanjut tahun ini akibat gejolak politik itu.
Lembaga pemeringkat kredit Fitch memperingatkan bahwa sistem finansial Thailand semakin beresiko, sementara pemerintah bergelut untuk membayar tunggakan kepada para petani yang berang itu.
Banyak wisatawan, terutama dari China dan Jepang, membatalkan kunjungan mereka. Pan, seorang pemilik toko sepatu, mengatakan kebanyakan pembelinya datang dari Singapura dan kini penghasilannya berkurang separuh menjadi sekitar 300 dollar per hari sejak dimulainya kekacauan.
Meski sebuah pengadilan perdata telah menetapkan pihak berwenang tidak boleh menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstran, banyak pemrotes skeptis mereka tidak akan diserang.
Kekhawatiran semakin meningkat diantara pemantau internasional bahwa kebuntuan yang berlarut-larut akan membuat situasi tidak terkendali.
LSM Human Rights Watch menuduh polisi dan demonstran sama-sama melakukan berbagai pelanggaran hukum yang mengakibatkan korban tewas dan cedera.