Dengan melawan peraturan larangan jam malam nasional di Sri Lanka, ratusan demonstran terus meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintah, Selasa (10/5), sehari setelah bentrokan dengan kekerasan menyebabkan pengunduran diri perdana menteri yang, bersama dengan adiknya yang menjabat presiden, dipersalahkan karena memimpin negara itu mengalami krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dekade.
Para demonstran mengerumuni pintu masuk kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa di Ibu Kota, Kolombo, untuk hari ke-32 guna menuntut agar ia mengikuti jejak kakaknya dan mengundurkan diri. Lokasi di luar kantor Rajapaksa telah dipenuhi kerumunan ribuan orang selama beberapa pekan, tetapi jumlah itu berkurang menjadi ratusan pada hari Selasa karena aturan jam malam yang ketat, menyusul bentrokan sehari sebelumnya yang menewaskan empat orang.
Dekrit pemerintah yang dikeluarkan pada Senin (9/5) malam mengukuhkan pengunduran diri perdana menteri Mahinda Rajapaksa.
Hari Selasa (10/5), demonstran antipemerintah meneriakkan slogan-slogan agar presiden mengundurkan diri dan mereka membangun kembali tenda-tenda yang rusak dalam serangan pada Senin (9/5).
Salah seorang demonstran, Chamath Bogahawatta, mengatakan pemerintah “melakukan sesuatu yang sangat tercela dengan membawa orang-orang untuk memprovokasi kami. Saya pikir orang-orang tidak akan mentolerir upaya mereka untuk berkuasa dengan bantuan militer.”
“Akan ada lebih banyak lagi orang yang bergabung dengan kami. Berapa lama mereka akan memerintah suatu negara di bawah jam malam?” tanyanya.
Pengunduran diri perdana menteri terjadi setelah kekerasan merebak di depan kantor Rajapaksa, sewaktu para pendukungnya memukuli para demonstran dengan tongkat kayu dan besi. Pihak berwenang dengan segera mengerahkan pasukan bersenjata di beberapa bagian negara itu dan memberlakukan jam malam hingga Rabu.
Penyerangan oleh para pendukung Rajapaksa langsung memicu kemarahan dan kekacauan, sewaktu orang-orang mulai menyerang para politisi dari partai yang berkuasa. Lebih dari selusin rumah milik para pemimpin partai berkuasa dirusak dan dibakar.
Sedikitnya empat orang, termasuk seorang legislator dari partai yang berkuasa, tewas dan hampir 200 lainnya cedera pada Senin malam. [uh/ab]