Organisasi peternak unggas membagikan secara gratis 1.500 ayam hidup kepada masyarakat. Aksi ini merupakan bentuk protes kepada pemerintah karena rendahnya harga jual ayam yang jauh dibawah harga pokok produksi (HPP).
"Ayo antre yang tertib. Yang sudah dapat ayam, langsung celup jari ke tinta dan jalan ke lajur sebelah kiri. Beri kelonggaran tempat yang masih antri, stok ayam masih banyak"
Lebih dari seribu warga berjejal di dalam kompleks pasar tradisional di Solo, Pasar Jongke, Rabu siang (26/9). Warga yang berusia lanjut, laki-laki, perempuan yang membawa anak dibedakan dalam lajur antrean. Ada sekitar lima lajur antrean yang dibuka dalam aksi pembagian 1.500 ekor ayam gratis ini.
Juru bicara penyelenggara dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) Jawa Tengah, Pardjuni, mengatakan aksi ini merupakan bentuk protes kepada pemerintah terkait rendahnya harga jual ayam hidup di pasaran yang saat ini hanya 13 ribu rupiah per kilogram, jauh di bawah harga pokok produksi (HPP), yaitu 18 ribu rupiah per kilogram.
Menurut Pardjuni, peternak unggas rakyat atau mandiri ini masih dibebani harga pakan ternak impor yang tinggi. Pardjuni menduga ada permainan harga ayam di tingkat peternak ke pedagang daging ayam. Saat ini, harga daging ayan masih di atas 30 ribu rupiah per kilogram.
“Harga jual ayam hidup saja saat ini hanya 13 ribu rupiah per kilogram, padahal harga pokok produksi saja minimal 18 ribu per kilogram. Kami sudah merugi 5 ribu per kilogram. Kalau kami bilang ada monopoli, kami harus buktikan.Tetapi dari kondisi di lapangan, kami dan sesama peternak unggas ini merasakan ada kesan praktik kartel. Satu bulan lagi, saya pikir, sampai bulan Oktober ya, akan banyak rekan kami yang bangkrut, gulung tikar," jelasnya.
"Hidup kami bergantung dari usaha ternak ini, tidak bisa ke usaha lain. Selamatkan peternak unggas rakyat kecil seperti kami ini. Aksi kami didukung para peternak secara swadaya masing-masing 100 ekor, total jumlah yang kami bagikan gratis ada 1.500 ekor. Jadi sekitar 15 peternak yang ikut aksi kami ini. Ya kami berbagi kepedulian, karena sama-sama merugi karena harga jual jatuh, ya kami bagikan saja ke masyarakat yang membutuhkan ayam. Seratus persen murni masyarakat. Semoga aksi protes kami ini didengar pemerintah,” imbuh Pardjuni.
Lebih lanjut Pardjuni mengungkapkan persentase jumlah peternak unggas mandiri atau peternak rakyat dibandingkan dengan peternak perusahaan adalah sekitar 20 berbanding 80.
Data PINSAR menunjukkan tingkat konsumsi unggassecara nasional per minggu mencapai 57 juta ekor dengan tingkat produksi 67 juta ekor.
Ayam broiler dalam kandang plastik berwarna oranye yang ditumpuk di deretan mobil bak terbuka langsung dibagikan kepada warga yang sudah berjejal mengantre sejak pagi. Satu per satu warga yang menerima ayam langsung mencelupkan jarinya ke tinta sebagai bukti guna mencegah kecurangan.
Salah seorang warga, Misnem, mengaku senang mendapat seekor ayam hidup yang dibagikan dalam kegiatan itu. Menurut Misnem, harga daging ayam di pasaran saat ini masih stabil tinggi, di atas 30 ribu rupiah.
“Ya senang kebagian gratis ayam hidup. Di luar, harga daging ayam masih mahal, kemarin beli 35 ribu rupiah per kilogram. Biasanya ayam hidup dapat 20-25 ribu rupiah per kilogram. Ya kalau beli banyak, misalnya mau punya hajatan, bisa lebih murah kalau beli ayam hidup. Ya ini nanti ayamnya mau saya sembelih buat lauk anak dan cucu di rumah,” jelasnya. [ys/ab]