Setelah menggelar protes keras terhadap perdana menteri dan pemerintahnya pada malam sebelumnya, puluhan demonstran Israel membentuk rantai manusia dan sempat memblokir pintu masuk ke parlemen, Rabu pagi (22/7). Polisi menangkap empat di antara para demonstran itu dan membubarkan kerumunan mereka.
Protes kali ini ditujukan untuk menentang rencana parlemen melakukan pemungutan suara atas sebuah kebijakan yang akan memberi pemerintah kewenangan menyeluruh untuk menegakkan langkah-langkah memerangi penyebaran cepat virus corona tanpa melibatkan parlemen.
Aksi menentang Netanyahu dan pemerintahannya sebetulnya telah berlangsung berpekan-pekan, dan kian mengeras belakangan ini. Pekan lalu, ribuan warga Israel berpartisipasi dalam aksi protes terbesar dalam hampir satu dekade, menentang perdana menteri yang telah lama menjabat itu.
Netanyahu banyak dikecam karena tetap menjabat sementara menjalani pengadilan korupsi. Netanyahu juga dituding mengambil kebijakan-kebijakan tidak demokratis dengan berkedok usaha memberantas virus, dan keliru menanggulangi krisis ekonomi yang semakin memburuk.
Pada Selasa malam (21/7), para demonstran menggelar pawai dari tempat kediaman resmi Netanyahu ke gedung parlemen Israel. Mereka menabuh drum, memukul panci, dan meniup terompet keras-keras sambil menyerukan teriakan-teriakan yang menuntut pengunduran diri perdana menteri itu. Beberapa demonstran terlihat membawa poster-poster bertuliskan “Israeli spring is here.” Istilah itu menjiplak Arab Spring, yang banyak diartikan sebagai kebangkitan gerakan prodemokrasi di dunia Arab.
Israel sebelumnya sempat dipuji karena berhasil menanggulangi sejak dini krisis virus corona dengan memberlakukan pembatasan-pembatasan ketat. Namun sejak membuka kembali perekonomian Mei lalu, jumlah kasus baru virus itu melonjak dan tingkat pengangguran tetap di atas 20 persen, meningkat dari 3,9 persen pada masa sebelum wabah. [ab/uh]