Bisnis bar di Irlandia berlangsung seperti biasa, tetapi tidak demikian bagi mayoritasnya. Sebagian bar memang telah buka kembali, tetapi hanya menyajikan makanan. Sementara itu, sekitar 60 persen tempat minum-minum di negara itu masih tutup setelah hampir setengah tahun.
Ini merupakan penutupan bar terlama di seluruh Eropa, dan di negara yang erat hubungannya dengan pub.
Contohnya di wilayah perdesaan di Kabupaten Kildare, di mana banyak terdapat wet pub, yakni bar yang tidak menyajikan makanan. Moone High Cross Inn di wilayah itu adalah pub terkenal yang banyak dikunjungi pelanggan, bahkan orang-orang terkenal seperti aktor legendaris Clint Eastwood. Namun kini tak seorang pelanggan pun dapat mengunjunginya.
Menurut William Clynch, yang mengelola Moone High Cross Inn milik keluarganya, telah kehilangan sekitar 70 persen dari omset tahunannya.
“Keadaan ini memang sangat sulit bagi kami secara keuangan. Selama ini kami terbiasa menyisihkan simpanan untuk keadaan darurat, tapi akhirnya habis juga,” ujar William.
Seperti banyak orang, Clynch tidak mengerti logika di balik ketentuan mengapa hanya pub yang menyajikan makanan yang diperbolehkan untuk kembali buka, sementara yang lain tidak.
“Jujur saja, saya merasa itu agak sedikit aneh karena mereka seolah mengatakan pelanggan kami tidak bertanggung jawab dan seolah mereka mengatakan kami juga tidak dapat mengendalikan keramaian,” keluh William.
Lain halnya dengan Jason Gamble, manager pub Searsons di Kota Dublin yang diizinkan buka kembali. Dengan dapurnya yang kini sibuk, restorannya buka dengan sejumlah batasan demi keamanan. Namun, ia pun tidak mengerti apa logika di balik kebijakan pemerintah Irlandia.
“Dengan diberlakukannya jaga jarak yang aman, saya tak merasa ada perbedaan antara pelanggan yang datang untuk makan dan minum dengan pelanggan yang datang ke sebuah pub hanya untuk minum dalam waktu yang sama. Seharusnya ini bisa diterapkan untuk wet pub juga,” imbuh Jason.
Lalu mengapa sebagian besar pub di Irlandia masih tutup?.
“Apabila kita bisa mempercayai bar atau pub buka dan mengikuti pedoman keamanan sebagaimana seharusnya, seperti yang dilakukan restoran, tentu tidak ada alasan mengapa bar-bar tersebut tidak diizinkan untuk buka,” kata Dr.Gerald Barry, seorang professor ilmu virus di Universitas Dublin.
Ketidakpastian itulah yang paling membuat frustrasi para pemilik pub.
“Ini sangat mempengaruhi kami secara mental. Ini membuat kami sangat stres, dalam bentuk keuangan maupun dari segi bisnis. Apabila ini berlanjut beberapa bulan ke depan, kami tidak yakin dapat bertahan,” kata William.
Pemerintah Irlandia telah mengumumkan sejumlah hibah bagi pemilik bisnis, tetapi para pemilik pub memandangnya tidak memadai. Suatu rencana untuk membuka kembali pub diperkirakan akan diumumkan pada akhir bulan ini. Namun, bagi sejumlah bisnis kecil, kebijakan ini mungkin sudah terlambat. [aa/uh]