Tautan-tautan Akses

Putin Umumkan Pengerahan Pasukan Cadangan Militer Rusia


Presiden Vladimir Putin berpidato di depan rakyatnya, di Moskow, Rusia, pada 21 September 2022. (Foto: via AP)
Presiden Vladimir Putin berpidato di depan rakyatnya, di Moskow, Rusia, pada 21 September 2022. (Foto: via AP)

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (21/9) mengumumkan mobilisasi sebagian cadangan militer negaranya. Langkah ini diambil menyusul kemenangan Ukraina dalam serangan balasan di bagian timur laut Ukraina.

Putin mengatakan dalam pidato di televisi bahwa mobilisasi itu diperlukan untuk melindungi Tanah Air dan kedaulatan Rusia.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan militer akan memanggil hingga 300 ribu tentara cadangan.

Putin mengatakan Barat sedang berusaha melemahkan dan menghancurkan Rusia, dan bahwa negaranya akan “menggunakan semua cara yang dimiliki untuk melindungi Rusia dan rakyatnya.”

Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), Menteri Pertahanan Sergei Shoigu (kiri) dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov mengawasi latihan militer Vostok-2022 di tempat pelatihan Sergeyevsky di Wilayah Primorsky timur jauh, Rusia, 6 September, 2022. (Foto: Reuters)
Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), Menteri Pertahanan Sergei Shoigu (kiri) dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov mengawasi latihan militer Vostok-2022 di tempat pelatihan Sergeyevsky di Wilayah Primorsky timur jauh, Rusia, 6 September, 2022. (Foto: Reuters)

Ia juga menekankan lagi sasaran Rusia dalam invasi terhadap Ukraina yang telah berjalan tujuh bulan adalah untuk “membebaskan” Donbas, wilayah di Ukraina Timur. Ia mengatakan rakyat di sana tidak ingin menjadi bagian dari Ukraina.

Pemimpin separatis di wilayah Luhansk dan Donetsk yang dikuasai Moskow hari Selasa mengatakan mereka berencana mengadakan pemungutan suara mulai akhir pekan ini agar daerah-daerah di sana menyatakan diri sebagai bagian dari Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak apa yang ia sebut sebagai “upaya Rusia untuk menggelar referendum palsu yang baru.”

“Situasi di garis depan jelas mengindikasikan bahwa prakarsa itu milik Ukraina,” kata Zelenskyy dalam pidato malamnya. “Sikap kami tidak berubah karena keributan atau pengumuman di suatu tempat. Dan kami menikmati dukungan penuh mitra-mitra kami dalam hal ini.”

Pemungutan suara di kawasan itu, yang populasinya sebagian besar adalah warga yang berbahasa Rusia, kemungkinan besar akan menguntungkan Moskow.

Namun, deklarasi bahwa daerah itu adalah bagian dari Rusia tidak akan diakui baik oleh Ukraina maupun AS dan sekutu-sekutu Barat yang telah memberi dukungan bagi pemerintah Kyiv dengan persenjataan miliaran dolar untuk menghadapi invasi Moskow.

Gedung Putih segera menolak rencana Rusia untuk referendum, dengan mengatakan referendum itu mungkin upaya Moskow untuk merekrut tentara di kawasan setelah kekalahannya baru-baru ini di garis depan. [uh/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG