Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, yang sedang dikritik luas karena diduga berperan dalam pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, dijadwalkan tiba di ibukota Jakarta hari Kamis (14/2). Asia Times hari Selasa (12/2) melaporkan lawatan ini tampaknya merupakan bagian dari upaya memulihkan citranya dalam bisnis dan diplomasi.
Asia Times mengatakan pangeran berusia 33 tahun yang dikenal luas sebagai MBS, sebelumnya meminta agar lawatan dilakukan pada bulan Desember lalu sebagai bagian dari tur ke sejumlah negara berpenduduk Muslim di Asia, yang digambarkan oleh salah seorang sumber di pemerintahan Arab Saudi sebagai upaya “memoles atau mengubah citranya,” dan sekaligus memuluskan berbagai bisnis kerajaan itu.
Lawatan yang tidak diumumkan itu berlangsung dua tahun setelah ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, melawat ke Indonesia, lawatan pertama seorang raja Arab Saudi dalam 47 tahun. Asia Times mengutip sumber-sumber dalam masyarakat lokal di negara kerajaan itu mengatakan Riyadh telah mengubah sikap tentang Indonesia pasca Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali Oktober 2018 lalu, yang memperlihatkan potensi ekonomi negara itu.
“Pertemuan IMF itu benar-benar membuka mata banyak pebisnis Arab Saudi,” klaim salah seorang tokoh berpengaruh di Indonesia yang memiliki hubungan kuat dengan Arab Saudi.
Ditambahkannya, “Mereka (Arab Saudi.red) tadinya hanya tahu bahwa kami negara miskin yang menjadi sumber datangnya tenaga kerja rumah tangga. Mereka kaget ketika tahu kami juga membuat kereta api, kapal dan pesawat terbang.”
Awal tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan dalam Festival Tahunan Janadriyah, suatu pameran seni dan kebudayaan bergengsi di Riyadh.
Sumber-sumber itu menolak spekulasi bahwa lawatan ini bertujuan untuk mendorong terpilihnya kembali Joko Widodo dalam pemilu presiden April nanti.
Kemlu Belum Konfirmasi Rencana Lawatan MBS
Yang pasti dalam kunjungan Raja Salman sebelumnya ada sejumlah kesepakatan ditandatangani oleh pejabat kedua negara, antara lain nota kesepahaman tentang kontribusi pendanaan Arab Saudi pada pembiayaan proyek pembangunan Indonesia, juga kesepakatan dalam hal perdagangan, kesehatan, pengembangan aeronautika, kelautan dan perikanan, hingga pendidikan dan kerjasama penanganan kejahatan transnasional.
Upaya VOA mendapatkan konfirmasi dari Kementerian Luar Negeri dan otorita berwenang lainnya tentang lawatan Putra Mahkota Arab Saudi ini masih belum membuahkan hasil karena tidak dijawab.
Suratkabar The New York Times pekan lalu melaporkan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman tahun 2017 pernah mengatakan bahwa ia akan menggunakan “peluru” terhadap Khashoggi, jika wartawan itu tidak pulang ke tanah air dan berhenti menulis kritik terhadap pemerintahan Saudi.
Menteri Urusan Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir menolak mengomentari laporan suratkabar itu, tetapi mengatakan bahwa putra mahkota itu tidak memerintahkan pembunuhan tersebut. (em)