Menteri Pertahanan Qatar mengatakan, Selasa (5/6/2018), ambisi jangka panjang strategis negaranya adalah menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, kantor berita AFP.
Ketika berbicara pada peringatan tahun pertama sengketa negara itu dengan tetangga-tetangganya yang mengucilkan Qatar, Khalid bin Mohammed al-Attiyah mengatakan, Qatar ingin menjadi anggota penuh aliansi yang beranggotakan 29 negara itu.
“Qatar telah menjadi salah satu negara paling penting di kawasan ini dalam kualitas persenjataannya,” kata Attiyah kepada majalah resmi Kementerian Pertahanan negara itu, Attalaya.
“Tentang keanggotaan (dalam NATO), kami adalah sekutu utama dari luar NATO. Ambisi kami adalah menjadi anggota penuh, kalau kemitraan kami dengan NATO terus berkembang,” kata Attiyah menambahkan.
Saat ini saja, katanya lagi, ada hubungan yang terus tumbuh antara Qatar dengan NATO, dan Doha bisa menjadi tuan rumah salah satu unit NATO atau salah satu pusat kegiatannya yang penting, kata al-Attiyah.
Tepat satu tahun lalu, 5 Juni, Arab Saudi, Persatuan Emirat Arab, Bahrain dan Mesir tiba-tiba memutuskan hubungan dengan Qatar dan menuduh negara itu mendukung Iran dan aksi-aksi terornya.
Setahun terakhir ini Qatar telah dikucilkan oleh negara-negara tetangganya dan satu-satunya perbatasan darat dengan Saudi Arabia telah ditutup oleh pemerintah Saudi.
Qatar mengatakan, sengketa dengan negara-negara Arab itu adalah serangan atas kedaulatannya karena Qatar menjalankan politik luar negeri yang independen.
Permulaan bulan ini para pemimpin Saudi mengancam akan mengambil tindakan militer dan minta Presiden Perancis Emmanuelle Macron untuk mencegah rencana Qatar membeli sistem pertahanan udara yang menggunakan rudal S-400 buatan Russia. [ii/ps]
