Tautan-tautan Akses

Raja Maori Selandia Baru Tutup Usia Setelah 18 Tahun Bertakhta


Raja Maori Selandia Baru, Kiingi Tuheitia (kiri) berbincang dengan Pangeran Wales Charles dan Camilla, Duchess of Cornwall di Turangawaewae Marae, Hamilton, Selandia Baru, 8 November 2015. (Foto: David Rowland/Pool Photo via AP)
Raja Maori Selandia Baru, Kiingi Tuheitia (kiri) berbincang dengan Pangeran Wales Charles dan Camilla, Duchess of Cornwall di Turangawaewae Marae, Hamilton, Selandia Baru, 8 November 2015. (Foto: David Rowland/Pool Photo via AP)

Raja Māori Selandia Baru, Kiingi Tuheitia Pootatau Te Wherowhero VII, meninggal pada Jumat dalam usia 69 tahun. Tuheitia wafat beberapa hari setelah perayaan tahun ke-18 naik takhta.

Ia adalah raja ketujuh dalam gerakan Kiingitanga, memegang posisi yang dibentuk pada 1858 untuk menyatukan suku Māori Pribumi Selandia Baru dalam menghadapi penjajahan Inggris.

Tuheitia meninggal di rumah sakit setelah menjalani operasi jantung, kata Rahui Papa, juru bicara Kiingitanga, Gerakan Raja Māori, dalam pernyataan yang diunggah ke Instagram.

Menurut situs web suku Waikato-Tainui, tujuan utama gerakan ini adalah mengakhiri penjualan tanah kepada masyarakat non-Pribumi, menghentikan peperangan antar suku, dan menyediakan batu loncatan bagi pelestarian budaya Māori. Raja memiliki peran yang sebagian besar bersifat seremonial, tetapi tetap penting di Selandia Baru, di mana suku Māori mencakup hampir 20 persen populasi penduduk.

“Meninggalnya Raja Tuheitia merupakan momen kesedihan yang luar biasa bagi para pengikut Kiingitanga, Maaoridom dan seluruh bangsa,” tulis Papa di media sosial.

Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon juga memberikan penghormatan kepada Tuheitia. Dalam pernyataannya, Luxon menyampaikan bahwa "komitmennya (Tuheitia-red) yang tak tergoyahkan kepada rakyatnya dan upayanya yang tak kenal lelah untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan tradisi Kiingitanga telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan bagi bangsa kita."

“Saya akan mengingat dedikasinya terhadap Aotearoa Selandia Baru,” kata Luxon, menggunakan nama negara Māori dan Inggris.

Dia menambahkan “komitmennya terhadap mokopuna (kaum muda), kecintaannya terhadap tea ao Māori (dunia Māori), dan visinya untuk masa depan di mana semua orang diperlakukan dengan bermartabat dan hormat."

Dalam beberapa bulan terakhir, Tuheitia telah mengoordinasikan pembicaraan persatuan nasional untuk Māori sebagai tanggapan terhadap kebijakan pemerintah kanan-tengah Luxon. Para kritikus menuduh pemerintah anti-Māori dalam upayanya membalikkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat dan bahasa Pribumi.

Raja Charles III, kepala negara konstitusional Selandia Baru, dan istrinya, Ratu Camilla, mengatakan "sangat sedih" atas wafatnya Tuheitia.

“Saya merasa terhormat mengenal Kiingi Tuheitia selama beberapa dekade. Dia sangat berkomitmen untuk membangun masa depan yang kuat bagi Māori dan Aotearoa Selandia Baru berdasarkan budaya, tradisi, dan penyembuhan, yang dia lakukan dengan kebijaksanaan dan kasih sayang,” kata Charles dalam sebuah pernyataan.

Seminggu sebelum kematian Tuheitia, ribuan orang melawat ke Turangawaewae Marae, markas besar Gerakan Raja Māori di Kota Ngāruawāhia, untuk perayaan tahunan kenaikan takhta raja.

Takhta raja saat ini dipegang oleh oleh suku Tainui di wilayah Waikato, dan belum jelas siapa yang akan naik takhta.

“Diperkirakan Kiingi Tuheitia akan disemayamkan di Turangawaewae Marae selama lima hari sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya di Gunung Taupiri,” kata Papa. [ft/rs]

Recommended

XS
SM
MD
LG