LOS ANGELES —
Warga keturunan Asia yang tumbuh besar di Amerika Serikat, terutama di California bagian selatan, memiliki pengalaman yang berbeda dengan generasi sebelumnya pada 20 sampai 30 tahun yang lalu. Ada rasa bangga yang meningkat di kalangan mereka dan identitas kultural yang membuat jadi orang Asia di Amerika itu "keren."
Pada satu malam, setelah pukul 21.00, mahasiswa/mahasiswi dan kaum profesional memenuhi Bar Factory Tea. Namun bar tersebut tidak menyediakan minuman beralkohol, hanya teh manis, yang dicampur es, susu dan bahan impor dari Taiwan, yaitu bola-bola besar kenyal yang disebut boba.
"Tempat boba ini unik untuk orang Asia, jadi jika Anda ingin kenyamanan khas Asia, Anda datang ke bar boba ini," ujar Tiffany Porter, warga keturunan China yang lahir di Amerika. "Anda akan merasa nyaman dengan banyak orang Asia lainnya."
Porter adalah bagian dari apa yang sosiolog Oliver Wang sebut "generasi boba".
"Generasi boba berkisar dari anak remaja sekarang sampai mungkin orang-orang generasi saya. Saya berusia awal 40an sekarang. Generasi ini mencakup periode 20 tahunan," jelasnya.
Wang mengatakan pada 20 sampai 30 tahun terakhir, ada perubahan tentang makna menjadi orang Asia di California bagian selatan. Ia mengatakan bahwa ketika ia remaja, orang Asia Amerika merasa tidak terlihat.
"Kami berhasil secara akademis namun tidak berada dalam tempat teratas pada hierarki budaya yang ada di sekolah atau masyarakat, dan saya kira telah ada pergeseran besar mengenai hal ini pada 20 atau 30 tahun terakhir," ujar Wang.
Wang mengatakan bahwa generasi ini tumbuh melihat lebih banyak orang Asia di televisi, dalam acara lokal maupun melalui satelit.
Orang Asia tidak lagi menghadapi stereotip, ujarnya, dan mereka sekarang melihat bagaimana orang Asia lainnya menggambarkan dirinya sendiri, yaitu sebagai kelompok yang trendi, seperti dalam video musik Boba Life dari para komedian yang menyebut diri mereka The Fung Brothers.
“Boba memang lebih banyak ada di Taiwan dibanding di sini, tapi Taiwan tidak memiliki budaya yang sama yang menyelimuti (minuman ini), ujar David Fung, salah satu dari kelompok komedian itu.
Budaya boba di California selatan telah dianut oleh orang-orang dari seluruh Asia, termasuk orang Indonesia Amerika Lina Yaori, yang bergaul di kafe-kafe boba.
“Kami bersantai, mengobrol dan menikmati minuman itu," ujarnya.
Chatchawat Rienkhemaniyom berasal dari Thailand, tapi ia mengatakan bahwa teh boba memiliki daya tarik luas. Itulah sebabnya mengapa ia membuka Bar Factory Tea. Bisnisnya kemudian meledak.
"Boba telah menjadi hidup, bagian dari kehidupan mereka," ujarnya.
Dan budaya Asia Amerika itu telah menyebar di Amerika.
“Di setiap kampus universitas, ada sejumlah orang Asia, sejumlah orang China, orang Taiwan, dan akan ada toko boba seburuk apapun rasanya, dan semua orang Asia mengetahuinya," ujar Andrew Fung.
Kafe-kafe boba menjadi simbol pergeseran budaya di antara warga Asia yang sudah mengalami Amerikanisasi. Mereka masih memegang akar budaya mereka namun juga merasa bangga menjadi warga Amerika keturunan Asia dengan identitas budaya yang unik.
Pada satu malam, setelah pukul 21.00, mahasiswa/mahasiswi dan kaum profesional memenuhi Bar Factory Tea. Namun bar tersebut tidak menyediakan minuman beralkohol, hanya teh manis, yang dicampur es, susu dan bahan impor dari Taiwan, yaitu bola-bola besar kenyal yang disebut boba.
"Tempat boba ini unik untuk orang Asia, jadi jika Anda ingin kenyamanan khas Asia, Anda datang ke bar boba ini," ujar Tiffany Porter, warga keturunan China yang lahir di Amerika. "Anda akan merasa nyaman dengan banyak orang Asia lainnya."
Porter adalah bagian dari apa yang sosiolog Oliver Wang sebut "generasi boba".
"Generasi boba berkisar dari anak remaja sekarang sampai mungkin orang-orang generasi saya. Saya berusia awal 40an sekarang. Generasi ini mencakup periode 20 tahunan," jelasnya.
Wang mengatakan pada 20 sampai 30 tahun terakhir, ada perubahan tentang makna menjadi orang Asia di California bagian selatan. Ia mengatakan bahwa ketika ia remaja, orang Asia Amerika merasa tidak terlihat.
"Kami berhasil secara akademis namun tidak berada dalam tempat teratas pada hierarki budaya yang ada di sekolah atau masyarakat, dan saya kira telah ada pergeseran besar mengenai hal ini pada 20 atau 30 tahun terakhir," ujar Wang.
Wang mengatakan bahwa generasi ini tumbuh melihat lebih banyak orang Asia di televisi, dalam acara lokal maupun melalui satelit.
Orang Asia tidak lagi menghadapi stereotip, ujarnya, dan mereka sekarang melihat bagaimana orang Asia lainnya menggambarkan dirinya sendiri, yaitu sebagai kelompok yang trendi, seperti dalam video musik Boba Life dari para komedian yang menyebut diri mereka The Fung Brothers.
“Boba memang lebih banyak ada di Taiwan dibanding di sini, tapi Taiwan tidak memiliki budaya yang sama yang menyelimuti (minuman ini), ujar David Fung, salah satu dari kelompok komedian itu.
Budaya boba di California selatan telah dianut oleh orang-orang dari seluruh Asia, termasuk orang Indonesia Amerika Lina Yaori, yang bergaul di kafe-kafe boba.
“Kami bersantai, mengobrol dan menikmati minuman itu," ujarnya.
Chatchawat Rienkhemaniyom berasal dari Thailand, tapi ia mengatakan bahwa teh boba memiliki daya tarik luas. Itulah sebabnya mengapa ia membuka Bar Factory Tea. Bisnisnya kemudian meledak.
"Boba telah menjadi hidup, bagian dari kehidupan mereka," ujarnya.
Dan budaya Asia Amerika itu telah menyebar di Amerika.
“Di setiap kampus universitas, ada sejumlah orang Asia, sejumlah orang China, orang Taiwan, dan akan ada toko boba seburuk apapun rasanya, dan semua orang Asia mengetahuinya," ujar Andrew Fung.
Kafe-kafe boba menjadi simbol pergeseran budaya di antara warga Asia yang sudah mengalami Amerikanisasi. Mereka masih memegang akar budaya mereka namun juga merasa bangga menjadi warga Amerika keturunan Asia dengan identitas budaya yang unik.