Tautan-tautan Akses

Ratusan Migran Ditempatkan di Kamp Baru di Pulau Lesbos, Yunani


Pengungsi dan migran dari kamp Moria beristirahat di pinggir jalan pulau Lesbos, Yunani, 13 September 2020.
Pengungsi dan migran dari kamp Moria beristirahat di pinggir jalan pulau Lesbos, Yunani, 13 September 2020.

Sekitar 800 dari ribuan pencari suaka yang berhasil menyelamatkan diri dari kebakaran yang menghancurkan kamp Moria kini ditempatkan di sebuah kamp sementara di pulau Lesbos, Yunani.

Kementerian Urusan Imigrasi Yunani melaporkan perkembangan terbaru itu Selasa (15/9), sambil mengungkapkan bahwa 21 di antara mereka yang ditampung sementara tersebut terbukti positif telah tertular virus corona.

Sejak insiden kebakaran di kamp yang luar biasa padat, 8 September lalu, sekitar 12.000 orang kehilangan tempat tinggal. Pada siang hari mereka berkeliaran tanpa arah, dan pada malam hari mereka tidur di gedung-gedung kosong, pinggir-pinggir jalan dan bahkan atap-atap rumah yang sudah rusak.

Seorang perempuan terlihat menggendong bayinya di antara pengungsi dan migran dari kamp Moria yang melancarkan aksi protes dekat Mytilene di pulau Lesbos, Yunani, 12 September 2020. (Foto: dok).
Seorang perempuan terlihat menggendong bayinya di antara pengungsi dan migran dari kamp Moria yang melancarkan aksi protes dekat Mytilene di pulau Lesbos, Yunani, 12 September 2020. (Foto: dok).

Kamp Moria merupakan kamp pengungsi terbesar di Eropa. Kamp itu sendiri dirancang untuk 3.000 pengungsi, namun menampung empat kali lipat dari kapasitasnya.

Pihak berwenang segera membangun sebuah kamp baru yang terdiri dari tenda-tenda dekat desa pelabuhan Panagiouda, sementara kelelahan, kelaparan, kehausan dan kecemasan mulai melanda para migran pencari suaka tersebut.

Banyak migran menolak memasuki kamp baru itu karena mereka khawatir tidak bisa ke luar segera setelah ditempatkan di sana. Beberapa lainnya dengan ragu-ragu memasuki kamp itu karena sudah tidak lagi tahan dengan udara yang panas.

"Tidak ada apa-apa di kamp itu. Tidak ada kamar mandi, tidak ada tempat tidur,” kata Malik, seorang migran dari Aljazair ke AFP melalui telepon dari kamp itu di mana ia tinggal bersama istri dan lima anak mereka. “Mereka hanya menyediakan makanan sekali sehari, dan memberi kami satu boks berisi enam botol air minum.”

Banyak migran juga mencemaskan sikap bermusuhan warga pulau Lesbos. Apalagi Kostas Mountzouris, gubernur kawasan Aegea Utara yang mencakup Lesbos, merupakan penentang keras pembangunan kamp baru. Ia bahkan menyerukan agar para pemilik bisnis di pulau itu menggelar aksi protes, Selasa, untuk menuntut pengusiran para migran dari pulau itu.

Pada Senin, pemerintah setempat kembali menyampaikan tuduhan bahwa kamp Moria sengaja dihancurkan para migran untuk memaksa pihak berwenang agar segera memindahkan mereka dari pulau Lesbos ke daratan utama Eropa. Mereka membantah keterangan pihak berwenang kamp itu bahwa kebakaran tersebut dipicu oleh sejumlah migran yang diisolasi setelah terbukti positif tertular virus corona. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG