Ratusan migran menyeberangi Selat dari Prancis ke Inggris dengan perahu kecil pada hari Minggu, kata Kementerian Pertahanan Inggris, menyusul jeda 11 hari.
Dimulainya kembali perjalanan itu, yang diperkirakan karena perubahan cuaca, terjadi beberapa minggu setelah Inggris mengumumkan proposal kontroversial untuk mengirim mereka yang melintasi Selat Inggris yang jaraknya ribuan mil itu ke Rwanda.
Rencana tersebut, yang telah dikecam habis-habisan oleh kelompok-kelompok hak asasi dan partai-partai oposisi Inggris, muncul ketika jumlah migran yang melintasi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia itu telah meningkat secara dramatis.
Kedatangan 254 orang pada hari Minggu (1/5) itu berarti hampir 7.000 migran telah mencapai Inggris sejauh ini pada tahun 2022, lebih dari tiga kali lipat jumlah yang tercatat dalam periode yang sama tahun lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh kantor berita Associated Press di Inggris.
Lebih banyak migran hari Senin terlihat dibawa ke pelabuhan Dover, di Inggris tenggara, dengan sekoci dan kapal Pasukan Perbatasan setelah mereka dijemput di Selat Inggirs.
Perjalanan dengan kapal yang tidak memadai dan berbahaya seperti itu jarang terjadi sebelum tahun 2019, tetapi sejak itu meningkat secara dramatis – dengan 28.526 terdaftar pada tahun 2021.
Sekitar 90 persen migran tahun lalu adalah laki-laki dan tiga perempatnya adalah laki-laki berusia antara 18 dan 39 tahun.
Kedatangan migran itu telah meningkatkan tekanan pada pemerintah Konservatif Perdana Menteri Boris Johnson, yang pemilihnya sering menyebut imigrasi ilegal sebagai salah satu masalah utama. [lt/ka]