Para pejabat mengatakan lebih dari 350 dokter dan pekerja medis telah terjangkit COVID-19 meskipun telah divaksinasi dengan Sinovac. Puluhan nakes lainnya juga dirawat di rumah sakit. Hal tersebut terjadi di tengah kekhawatiran tentang kemanjuran beberapa vaksin terhadap varian virus corona yang lebih menular.
Badai Ismoyo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengatakan, seperti dikutip oleh Reuters (17/6), sebagian besar nakes yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun, ada puluhan nakes yang harus dirawat di rumah sakit karena mengalami demam tinggi dan penurunan tingkat saturasi oksigen.
Kudus, yang memiliki sekitar 5.000 petugas kesehatan, sedang berjuang melawan merebaknya wabah COVID-19, yang diyakini akibat varian Delta dari India- yang lebih menular. Peningkatan wabah kali ini mengakibatkan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit melonjak hingga di atas 90 persen.
Petugas kesehatan adalah masuk dalam kategori prioritas sehingga termasuk golongan pertama yang divaksinasi ketika program vaksinasi dimulai pada Januari.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan, Kamis (17/6), hampir semua nakes telah menerima vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi China, Sinovac.
Menurut kelompok inisiatif data LaporCOVID-19, jumlah petugas kesehatan yang meninggal akibat COVID-19 telah menurun tajam dari 158 pada Januari menjadi 13 orang pada Mei. Namun pakar kesehatan masyarakat mengatakan kondisi rawat inap di Jawa memprihatinkan.
“Data menunjukkan varian Delta (di Kudus) sehingga tidak heran terobosan infeksinya lebih tinggi dari sebelumnya, karena seperti yang kita ketahui mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia mendapatkan vaksinasi Sinovac, dan kita masih belum tahu seberapa efektifnya (vaksin itu) di dunia nyata dalam melawan varian Delta,” kata Dicky Budiman, ahli epidemiologi di Universitas Griffith Australia.
Juru bicara dari Sinovac dan Kementerian Kesehatan tidak segera dapat dihubungi Reuters untuk mengomentari kemanjuran CoronaVac terhadap varian virus yang lebih baru.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyetujui penggunaan darurat vaksin Sinovac pada bulan ini. Laporan menujukkan keefektifan vaksin itu dalam mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen penerima. Vaksin itu juga dapat mencegah kondisi COVID-19 yang parah dan potensi dirawat di rumah sakit, berdasarkan pada semua hal yang diteliti.
Indonesia bergulat dengan salah satu wabah terburuk di Asia. Lebih dari 1,9 juta orang positif infeksi dan 53.000 meninggal. Sebanyak 964 di antara korban meninggal adalah para dokter dan perawat.
Lenny Ekawati, dari LaporCOVID-19, mengatakan banyak orang yang sekarang mengalami kelelahan dalam menghadapi pandemi dan kurang waspada dengan protokol kesehatan setelah divaksinasi.
“Fenomena itu cukup sering terjadi akhir-akhir ini, tidak hanya di masyarakat, tetapi juga petugas kesehatan,” katanya. "Mereka berpikir karena mereka divaksinasi, mereka aman."
Namun karena lebih banyak kasus varian Delta yang sangat menular, data mulai menceritakan kisah yang berbeda.
Menurut data LaporCOVID-19, setidaknya lima dokter dan satu perawat telah meninggal meskipun telah divaksinasI. Satu di antara korban nakes itu baru menerima suntikan pertama.
Di Kudus, IDI mengungkapkan, seorang dokter senior meninggal, meskipun diketahui dokter itu memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Di Jakarta, ahli radiologi Dr Prijo Sidipratomo mengatakan kepada Reuters bahwa dia mengetahui setidaknya enam dokter yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 dan satu sekarang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dalam sebulan terakhir, meskipun mereka telah divaksinasi.
"Ini mengingatkan kami karena kami tidak bisa hanya mengandalkan vaksinasi," katanya, sambil mendesak orang untuk mengambil tindakan pencegahan.
Beberapa minggu setelah Hari Raya Idul Fitri, terjadi lonjakan kasus di Tanah Air, dengan tingkat positif melebihi 23 persen pada Rabu (16/6) dan kasus harian mendekati 10 ribu, angka tertinggi sejak akhir Februari.
Dalam laporan terbarunya, WHO mendesak Indonesia untuk memperketat lockdown atau kuncitara (penguncian sementara) karena peningkatan penularan akibat sejumlah varian virus COVID-19 dan juga kekhawatiran atas lonjakan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit. [ah/ft]