SOLO —
Ruangan naskah kuno Museum Radyapustaka tampak sempit, berukuran tiga meter kali dua meter. Tiga rak buku bertingkat empat memenuhi hampir separuh ruangan tersebut. Ratusan naskah dan buku kuno berjajar di rak tersebut dengan kondisi terbungkus plastik. Seperangkat komputer dilengkapi alat pemindai berada di tengah ruangan sempit ini.
Juru bicara Komite Museum Radyapustaka Solo, Djaka Darjata, Kamis (1/11), mengakui ratusan naskah dan buku kuno koleksi museum ini dalam kondisi rusak dan terancam hancur. Menurut Djaka, ratusan naskah dan buku kuno tersebut sedang disalin dalam bentuk digital meski dengan peralatan satu perangkat komputer seadanya.
“Sekarang masih dalam proses digitalisasi, tapi kami belum bisa menyelesaikan semua. Setiap pengunjung bisa mengakses naskah kuno yang sudah selesai disalin dalam bentuk digital, tapi tidak semua naskah kami keluarkan untuk diakses para pengunjug,” ujar Djaka.
Ia menambahkan bahwa dari sekitar 300an naskah kuno, baru sekitar 142 naskah yang sudah disalin dalam bentuk digital. Naskah paling tua dibuat tahun 1620an, isinya masih berupa aksara Jawa kuno, ujar Djaka.
“Kami hanya punya satu set perangkat komputer dan alat pemindai naskahnya, jadi ya prosesnya agak lama,” ungkapnya.
Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan prihatin melihat kondisi ruangan maupun lembaran naskah dan buku kuno di museum tertua di Indonesia tersebut. Hadi menegur salah seorang pegawai museum yang dianggap keliru merawat naskah dan buku kuno dengan cara membungkus dalam plastik.
“Naskah kunonya kalau dibuat begini malah tambah rusak,” ujar Hadi, yang ditimpali oleh sang pegawai bahwa kondisinya memang sudah rusak dan hancur.
Menurut Hadi, kondisi ruangan berpendingin, naskah dan buku terbungkus plastik dan udara lembab akan mempercepat kerusakan lembaran naskah kuno tersebut.
“Kalau koleksi naskah kunonya seperti itu, belum menunjukkan bahwa museum ini tempat yang layak untuk menyimpan naskah kuno. Perlu langkah penyelamatan segera,” ujar Hadi.
Museum Radyapustaka Solo adalah museum tertua di Indonesia, sudah berusia 122 tahun. Museum ini minim pengunjung dan hanya menghasilkan pendapatan Rp 15 juta per tahun.
Museum ini sempat menjadi sorotan berbagai media nasional maupun internasional karena kasus pencurian dan pemalsuan delapan arca kuno koleksi museum ini sekitar empat tahun lalu. Polisi mengungkap kasus ini dan ternyata para pelakunya adalah kepala museum dan sejumlah pegawainya, antara lain satpam museum, serta calo perdagangan gelap benda-benda kuno.
Museum Radyapustaka ini memiliki lebih dari 10.000 koleksi benda-benda kuno antara lain naskah, buku, arca batu, guci, piring keramik, logam senjata tradisional, dan berbagai jenis wayang. Koleksi tersebut berusia sekitar 100 tahun hingga 500 tahun.
Juru bicara Komite Museum Radyapustaka Solo, Djaka Darjata, Kamis (1/11), mengakui ratusan naskah dan buku kuno koleksi museum ini dalam kondisi rusak dan terancam hancur. Menurut Djaka, ratusan naskah dan buku kuno tersebut sedang disalin dalam bentuk digital meski dengan peralatan satu perangkat komputer seadanya.
“Sekarang masih dalam proses digitalisasi, tapi kami belum bisa menyelesaikan semua. Setiap pengunjung bisa mengakses naskah kuno yang sudah selesai disalin dalam bentuk digital, tapi tidak semua naskah kami keluarkan untuk diakses para pengunjug,” ujar Djaka.
Ia menambahkan bahwa dari sekitar 300an naskah kuno, baru sekitar 142 naskah yang sudah disalin dalam bentuk digital. Naskah paling tua dibuat tahun 1620an, isinya masih berupa aksara Jawa kuno, ujar Djaka.
“Kami hanya punya satu set perangkat komputer dan alat pemindai naskahnya, jadi ya prosesnya agak lama,” ungkapnya.
Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan prihatin melihat kondisi ruangan maupun lembaran naskah dan buku kuno di museum tertua di Indonesia tersebut. Hadi menegur salah seorang pegawai museum yang dianggap keliru merawat naskah dan buku kuno dengan cara membungkus dalam plastik.
“Naskah kunonya kalau dibuat begini malah tambah rusak,” ujar Hadi, yang ditimpali oleh sang pegawai bahwa kondisinya memang sudah rusak dan hancur.
Menurut Hadi, kondisi ruangan berpendingin, naskah dan buku terbungkus plastik dan udara lembab akan mempercepat kerusakan lembaran naskah kuno tersebut.
“Kalau koleksi naskah kunonya seperti itu, belum menunjukkan bahwa museum ini tempat yang layak untuk menyimpan naskah kuno. Perlu langkah penyelamatan segera,” ujar Hadi.
Museum Radyapustaka Solo adalah museum tertua di Indonesia, sudah berusia 122 tahun. Museum ini minim pengunjung dan hanya menghasilkan pendapatan Rp 15 juta per tahun.
Museum ini sempat menjadi sorotan berbagai media nasional maupun internasional karena kasus pencurian dan pemalsuan delapan arca kuno koleksi museum ini sekitar empat tahun lalu. Polisi mengungkap kasus ini dan ternyata para pelakunya adalah kepala museum dan sejumlah pegawainya, antara lain satpam museum, serta calo perdagangan gelap benda-benda kuno.
Museum Radyapustaka ini memiliki lebih dari 10.000 koleksi benda-benda kuno antara lain naskah, buku, arca batu, guci, piring keramik, logam senjata tradisional, dan berbagai jenis wayang. Koleksi tersebut berusia sekitar 100 tahun hingga 500 tahun.