Wali Kota Vincent Jeanbrun pada hari Senin (3/7) berterima kasih kepada para pendukungnya di “L’Hay-les-Roses dan di luar itu” setelah rumahnya diserang akhir pekan lalu. Serangan itu akan diusut pihak berwenang sebagai percobaan pembunuhan.
Massa berkumpul di balai-balai kota di seluruh Prancis hari Senin untuk bersolidaritas dengan pemerintah daerah yang menjadi sasaran aksi kekerasan selama enam malam, yang dipicu oleh penembakan mematikan polisi terhadap seorang remaja 17 tahun keturunan imigran di pinggiran kota Paris.
“Kenyataannya, demokrasilah yang sedang diserang, setiap simbolnya dijadikan sasaran,” kata Jeanbrun.
“Ini tidak boleh terus berlanjut dan saya akan mengatakan kepada Anda apa yang saya katakana kepada Presiden Prancis (Emmanuel Macron) pagi ini: ini tidak akan berlanjut,” tambahnya.
Serangan itu memicu arus dukungan bagi pemerintah daerah di banyak kota, di mana balai kota seringkali benar-benar berperan penting bagi kehidupan masyarakat.
Kerusuhan, yang tampak mulai mereda Minggu (2/7) malam, didorong oleh reaksi sebagian besar remaja yang tinggal di pinggiran kota dan rusunawa terhadap negara Prancis, yang menurut banyak anak muda keturunan imigran secara rutin mendiskriminasi mereka.
Amarah akibat kematian remaja yang bekerja sebagai kurir itu berubah menjadi serangan terhadap simbol-simbol negara, aksi pembakaran yang meluas, dan penjarahan pada malam hari. Sekitar 45.000 aparat diterjunkan di seluruh negeri dalam semalam.
Secara keseluruhan, 99 balai kota telah diserang dalam aksi kekerasan itu, kata Kementerian Dalam Negeri Prancis, termasuk serangan akhir pekan lalu ke rumah Wali Kota Jeanbrun dengan cara menabrakkan mobil berbahan peledak.
Jeanbrun mengatakan, istri dan salah satu anaknya terluka. Ia juga mengkritik pemerintah karena tidak banyak dan terlalu lamban bergerak. Ia menuturkan, menyalahkan media sosial dan orang tua hanya menutupi masalah yang lebih besar. [rd/jm]
Forum