Jemaat GKI Yasmin menggelar ibadah di seberang Istana sejak 2012. Dua pekan sekali, jemaat berkumpul di Bogor, menembus tol Jagorawi, menempuh perjalanan ke Jakarta kurang lebih 90 menit. Mereka berangkat dengan sejumlah mobil berisi berbagai perlengkapan ibadah.
Salah satu jemaat, Renata Anggraeni, mengungkap makna perjalanan itu bagi jemaatnya.
“Yang dari pertama kali mulai terlibat dalam perjuangan Yasmin ini harapannya kan tetap pada yang diperjuangkan kemarin-kemarin, ke depan, tetap sama. Yaitu untuk mendapatkan hak beribadah, di tempat yang sudah semestinya,” terangnya.
GKI Yasmin sudah menang di Mahkamah Agung sejak 2010. Namun Pemerintah Kota Bogor tetap menyegel bangunan gereja yang saat itu baru mulai dibangun. Ibadah di seberang Istana jadi upaya memperjuangkan hak beribadah mereka.
Jemaat GKI Yasmin Upacara di Tengah Diskriminasi
Minggu, 18 Agustus, ibadah dwi-mingguan ini berlangsung untuk ke-200 kalinya. Masih dengan kursi plastik, payung, tenda, dan semua peralatan yang dibawa dari Bogor. Tetap dengan kehadiran sejumlah pendeta, kelompok lintas-iman, dan pegiat hak asasi manusia.
Ibadah selama satu jam itu disambung dengan upacara kemerdekaan.
Budi Wahyuni dari Komnas Perempuan, yang bertindak sebagai Inspektur upacara, menagih komitmen pemerintah untuk membuka segel gereja.
“(Ibadah ke-200) Menandakan bahwa keputusan lembaga negara bisa tidak dijalankan oleh satu kepentingan tertentu. Seharusnya pemda menjalankan inkracht, tapi karena untuk kepentingan politik tertentu, itu tidak dijalankan. Seharusnya tidak demikian,” ujarnya kepada VOA usai upacara.
Selain membaca teks proklamasi, petugas membawakan teks proklamasi versi korban intoleransi.
“Maka hak-hak kami untuk beragama, berkepercayaan, dan beribadah sesuai agama kami, wajib dilindungi negara sesuai konstitusi RI dengan konsekuen dan seksama,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, upacara ini adalah bukti kecintaan sekaligus teguran kepada pemerintah. Berikut jemaat GKI Yasmin, Dwianti Rini, yang memimpin paduan suara saat ibadah dan upacara.
“Kami memiliki kecintaan yang tinggi terhadap negara kami. Tapi dalam hal gereja kami belum bisa kami pakai, itu juga kami harus melakukan upaya teguran kepada pemerintah. Bahwa negara yang kami cintai ini ada masalah. Dan itu harus diobati,” terangnya kepada VOA.
Walikota Bogor Sebut Selesaikan Yasmin Akhir 2019
Walikota Bogor Bima Arya mengatakan akan menyelesaikan masalah GKI Yasmin sebelum Natal 2019. Bima mengisyaratkan pengabaian atas putusan MA, namun mengupayakan solusi lain yang dia enggan sebutkan. Hal itu disampaikan dalam sebuah lokakarya di Jakarta, pertengahan Agustus.
Pemkot Bogor sempat mengajukan opsi memindahkan GKI Yasmin ke lokasi baru. Perwakilan jemaat lainnya, Djayadi Damanik, mengatakan Bima Arya mengetahui apa yang diinginkan jemaat.
“Opsi-opsi itu hanya cara menyelesaikan dan bukan tujuan. Oleh karena itu cara yang terbaik pasti bisa ditentukan oleh pak wali (kota). Mana yang lebih tepat, lebih bermanfaat, tidak berisiko di masa mendatang, lebih acceptable, saya yakin pak wali bisa mempertimbangkan itu dengan baik,” ujarnya kepada VOA di lokasi upacara.
Rangkaian ibadah dan upacara selama dua jam pun ditutup dengan penampilan musik. Sore ini jemaat GKI Yasmin pulang seraya berharap bisa segera beribadah di gereja mereka sendiri.
“Itu kan rumah kami, maka berikanlah hak itu,” pungkas Renata. [rt/ab]