Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden berikut Amerika bukan hanya menimbulkan pertanyaan besar mengenai hubungan Amerika dengan negara yang ekonominya nomor dua terbesar di dunia, China, tetapi juga sekutu-sekutu tradisional Amerika di kawasan tersebut, kata para analis.
Dalam kampanyenya, Trump secara rutin mengecam China atas kebijakan perdagangan dan prakteknya. Berjanji akan mencap Beijing manipulator mata uang pada hari pertamanya memangku jabatan dan mengenakan bea impor yang berat atas barang-barang dari China. Trump juga sangat mengecam sekutu-sekutu militer Amerika di kawasan itu.
Terpilihnya Trump merupakan kabar baik dan kabar buruk bagi China, kata Ethan Cramer-Flood, salah seorang Direktur Program Asia dan Pusat China Conference Board di Beijing.
“Kabar baik bagi China adalah bahwa kepresidenan Trump kemungkinan besar bermakna berakhirnya Trans Pacific Partnership atau TPP, kelompok perdagangan kawasan dimana Beijing tidak diikut-sertakan dan kelompok tersebut belum dirampungkan. China memandangnya sebagai acaman terhadap ambisi perdagangan kawasannya.”
“Kabar buruk mengenai kecaman-kecaman Trump dan globalisasi perdagangan adalah bahwa globalisasi itu diarahkan terhadap China ,” katanya menambahkan.
Trump mengemukakan alasan bahwa persetujuan perdagangan internasional telah merugikan pekerja Amerika dan daya saing Amerika. Ia juga mengatakan bahwa ia akan merundingkan kembali atau membuang Persetujuan Perdagangan Bebas Amerika Utara, yakni perdagangan bebas tahun 1994 dengan Meksiko dan Kanada.
Cramer-Flood mengatakan bahwa sekalipun janji itu dapat digunakan sebagai alat tawar-menawar dengan China untuk merundingkan kembali hubungan perdaganan baru dengan Beijing, pelaksanaannya menimbulkan risiko kemungkinan perang perdagangan dan menjerumuskan ekonomi negara-negara ke dalam resesi.
Janji Trump menarik diri dari TPP akan menggembirakan China dan pengunduran diri itu juga akan merupakan pukulan besar terhadap 11 negara penanda-tangan lain perjanjian perdagangan itu, kata para analis. [gp]